08 January 2021
7327
7327
Life Reinsurance
Pandemi COVID-19 telah melanda dunia ini selama lebih dari satu tahun, terhitung sejak kemunculan pertamanya di Wuhan pada akhir tahun 2019 lalu. Saat ini, total kasus terkonfirmasi COVID-19 telah mencapai angka 87 juta kasus di seluruh dunia dan 788 ribu kasus di Indonesia. Angka positivity rate di Indonesia pun masih jauh di atas standar yang ditetapkan oleh WHO. Melihat fakta-fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa sepertinya pandemi COVID-19 ini belum akan dapat dikendalikan dalam waktu dekat.
Belum terkendalinya pandemi COVID-19 ini membuat krisis kesehatan semakin jelas di depan mata. Krisis kesehatan ini dapat terlihat dari semakin banyaknya tenaga kesehatan yang berguguran dan semakin menipisnya ketersediaan tempat di rumah sakit bagi penderita COVID-19, baik itu ruang rawat inap biasa maupun ruang perawatan intensif –Intensive Care Unit (ICU).
Menipisnya ketersediaan tempat perawatan tidak hanya terjadi di fasilitas kesehatan, melainkan juga di Wisma Atlet yang didapuk menjadi rumah sakit darurat untuk penanganan COVID-19. Awalnya, Wisma Atlet diperuntukkan bagi semua penderita COVID-19, baik yang bergejala maupun yang tidak bergejala. Namun, melihat bahwa jumlah penderita yang bergejala semakin meningkat, pihak Wisma Atlet pun memutuskan bahwa saat ini kapasitas mereka hanya diperuntukkan bagi penderita yang bergejala saja, sementara bagi penderita yang tidak bergejala akan dipulangkan atau dipindahkan ke fasilitas isolasi lainnya.
Melihat kapasitas Wisma Atlet yang semakin kritis, pemerintah pun kembali memperbolehkan pasien yang tidak bergejala –Orang Tanpa Gejala (OTG- untuk dapat melakukan isolasi mandiri, baik di tempat tinggalnya ataupun di fasilitas isolasi lainnya. Namun, tentunya ada beberapa ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar isolasi mandiri yang dilakukan bisa memenuhi tujuan utamanya, yaitu memutus mata rantai penularan.
Yang pertama harus kita ketahui adalah isolasi dan karantina, walaupun seolah serupa, ternyata memiliki arti yang berbeda. Isolasi sendiri diperuntukkan bagi pasien atau penderita, baik yang telah terkonfirmasi ataupun yang masih suspek, sementara karantina diperuntukkan bagi orang yang berada dalam kondisi sehat. Jadi, apabila orang tersebut ‘hanya’ menjadi kontak erat, yang dilakukan oleh orang tersebut adalah karantina, ya, bukan isolasi.
Pertanyaan yang umum ditanyakan adalah kapankah seorang penderita COVID-19 dapat melakukan isolasi mandiri, karena tentunya, tidak semua penderita COVID-19 dapat melakukan isolasi mandiri. Untuk dapat menentukan hal ini, segera setelah positif terkonfirmasi COVID-19, penderita harus memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan. Dokter pemeriksa umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan rontgen dada kepada penderita. Dari pemeriksaan tersebut, dokter dapat melihat bagaimana kondisi yang sebenarnya dari penderita. Apabila berdasarkan penilaian dokter penderita tidak memiliki gejala, atau hanya memiliki gejala ringan-sedang saja, tidak mengalami gangguan fungsi organ, serta tidak memiliki komorbid, maka dokter akan mengizinkan penderita untuk melakukan isolasi mandiri.
Saat ini, telah banyak tempat yang menawarkan fasilitas isolasi mandiri kepada masyarakat umum, seperti misalnya hotel-hotel yang disulap menjadi tempat untuk isolasi yang disertai dengan fasilitas tambahan seperti observasi dari dokter serta pemberian obat-obatan dan vitamin. Fasilitas isolasi tersebut umumnya bekerja sama dengan rumah sakit, sehingga dapat mendatangkan dokter atau perawat yang dapat membantu memantau kondisi kesehatan penderita dan melakukan pemeriksaan rutin. Walaupun demikian, pada dasarnya penderita tetap dapat melakukan isolasi mandiri di tempat tinggalnya sendiri, selama memenuhi ketentuan berikut:
Saat melakukan isolasi mandiri, penderita juga hendaknya memperhatikan gaya hidup dan aktivitas sehari-harinya, seperti mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, tidur dan beristirahat dengan cukup, serta menghindari stress dan pikiran yang membebani. Selain itu, penderita hendaknya selalu menggunakan masker bedah dan sarung tangan, terutama saat berinteraksi atau berada di ruangan yang sama dengan penderita lainnya. Penderita juga hendaknya selalu memantau kondisinya sendiri, seperti rutin melakukan pengukuran suhu tubuh, saturasi oksigen, dan melakukan pelaporan berkala serta kontrol ke fasilitas kesehatan berwenang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Tidak hanya penderita, keluarga atau penghuni lain di tempat tinggal penderita juga hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan isolasi mandiri tersebut. Jika ada yang akan ditugaskan untuk merawat penderita, hendaknya pihak keluarga atau penghuni hanya menugaskan satu orang saja untuk meminimalisir potensi penularan yang lebih luas lagi. Orang yang ‘didedikasikan’ tersebut juga hendaknya orang yang berada dalam kondisi sehat, memiliki imunitas yang baik, dan tidak memiliki komorbid tertentu. Selain itu, yang terpenting adalah keluarga atau penghuni lainnya harus tetap memberikan dukungan mental kepada penderita, agar pemulihan penderita dapat terjadi secara total dan cepat.
Yang perlu diingat adalah keluarga atau penghuni lain di tempat isolasi mandiri tersebut pasti menjadi kontak erat dari penderita COVID-19. Oleh karena itu, setelah selesai merawat penderita, mereka harus melakukan karantina mandiri yang dilakukan selama 14 hari, terhitung sejak terakhir kali mereka berkontak dengan penderita. Jika dalam masa karantina tersebut kontak erat merasakan adanya gejala, maka kontak erat tersebut harus langsung melakukan pemeriksaan RT-PCR untuk memastikan kondisinya.
Ujung dari pandemi COVID-19 ini nampaknya masih jauh dari bayangan, oleh karena itu, tetaplah setia untuk melakukan protokol kesehatan agar kita dapat membantu melindungi rekan-rekan tenaga kesehatan kita yang menjadi garda terdepan dari pandemi ini.
***
ISOLASI MANDIRI PADA COVID-19
Pandemi COVID-19 telah melanda dunia ini selama lebih dari satu tahun, terhitung sejak kemunculan pertamanya di Wuhan pada akhir tahun 2019 lalu. Saat ini, total kasus terkonfirmasi COVID-19 telah mencapai angka 87 juta kasus di seluruh dunia dan 788 ribu kasus di Indonesia. Angka positivity rate di Indonesia pun masih jauh di atas standar yang ditetapkan oleh WHO. Melihat fakta-fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa sepertinya pandemi COVID-19 ini belum akan dapat dikendalikan dalam waktu dekat.
Belum terkendalinya pandemi COVID-19 ini membuat krisis kesehatan semakin jelas di depan mata. Krisis kesehatan ini dapat terlihat dari semakin banyaknya tenaga kesehatan yang berguguran dan semakin menipisnya ketersediaan tempat di rumah sakit bagi penderita COVID-19, baik itu ruang rawat inap biasa maupun ruang perawatan intensif –Intensive Care Unit (ICU).
Menipisnya ketersediaan tempat perawatan tidak hanya terjadi di fasilitas kesehatan, melainkan juga di Wisma Atlet yang didapuk menjadi rumah sakit darurat untuk penanganan COVID-19. Awalnya, Wisma Atlet diperuntukkan bagi semua penderita COVID-19, baik yang bergejala maupun yang tidak bergejala. Namun, melihat bahwa jumlah penderita yang bergejala semakin meningkat, pihak Wisma Atlet pun memutuskan bahwa saat ini kapasitas mereka hanya diperuntukkan bagi penderita yang bergejala saja, sementara bagi penderita yang tidak bergejala akan dipulangkan atau dipindahkan ke fasilitas isolasi lainnya.
Melihat kapasitas Wisma Atlet yang semakin kritis, pemerintah pun kembali memperbolehkan pasien yang tidak bergejala –Orang Tanpa Gejala (OTG- untuk dapat melakukan isolasi mandiri, baik di tempat tinggalnya ataupun di fasilitas isolasi lainnya. Namun, tentunya ada beberapa ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar isolasi mandiri yang dilakukan bisa memenuhi tujuan utamanya, yaitu memutus mata rantai penularan.
Yang pertama harus kita ketahui adalah isolasi dan karantina, walaupun seolah serupa, ternyata memiliki arti yang berbeda. Isolasi sendiri diperuntukkan bagi pasien atau penderita, baik yang telah terkonfirmasi ataupun yang masih suspek, sementara karantina diperuntukkan bagi orang yang berada dalam kondisi sehat. Jadi, apabila orang tersebut ‘hanya’ menjadi kontak erat, yang dilakukan oleh orang tersebut adalah karantina, ya, bukan isolasi.
Pertanyaan yang umum ditanyakan adalah kapankah seorang penderita COVID-19 dapat melakukan isolasi mandiri, karena tentunya, tidak semua penderita COVID-19 dapat melakukan isolasi mandiri. Untuk dapat menentukan hal ini, segera setelah positif terkonfirmasi COVID-19, penderita harus memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan. Dokter pemeriksa umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan rontgen dada kepada penderita. Dari pemeriksaan tersebut, dokter dapat melihat bagaimana kondisi yang sebenarnya dari penderita. Apabila berdasarkan penilaian dokter penderita tidak memiliki gejala, atau hanya memiliki gejala ringan-sedang saja, tidak mengalami gangguan fungsi organ, serta tidak memiliki komorbid, maka dokter akan mengizinkan penderita untuk melakukan isolasi mandiri.
Saat ini, telah banyak tempat yang menawarkan fasilitas isolasi mandiri kepada masyarakat umum, seperti misalnya hotel-hotel yang disulap menjadi tempat untuk isolasi yang disertai dengan fasilitas tambahan seperti observasi dari dokter serta pemberian obat-obatan dan vitamin. Fasilitas isolasi tersebut umumnya bekerja sama dengan rumah sakit, sehingga dapat mendatangkan dokter atau perawat yang dapat membantu memantau kondisi kesehatan penderita dan melakukan pemeriksaan rutin. Walaupun demikian, pada dasarnya penderita tetap dapat melakukan isolasi mandiri di tempat tinggalnya sendiri, selama memenuhi ketentuan berikut:
- Tempat tinggal penderita memiliki ruangan khusus yang dapat digunakan oleh penderita untuk melakukan isolasi, di mana, penderita tidak harus berbagi ruangan tersebut dengan penghuni lainnya.
- Tempat tinggal penderita memiliki kamar mandi yang dapat digunakan hanya oleh penderita, dan tidak digunakan oleh penghuni lainnya.
- Tempat tinggal tersebut memiliki ventilasi udara serta pencahayaan yang baik.
- Terdapat fasilitas kesehatan yang masih terjangkau jaraknya dari tempat tinggal penderita.
- Terdapat orang yang dapat membantu penderita untuk merawat dan memantau dirinya, dan dapat dimintai bantuan sewaktu-waktu terutama saat kondisi penderita memburuk.
Saat melakukan isolasi mandiri, penderita juga hendaknya memperhatikan gaya hidup dan aktivitas sehari-harinya, seperti mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, tidur dan beristirahat dengan cukup, serta menghindari stress dan pikiran yang membebani. Selain itu, penderita hendaknya selalu menggunakan masker bedah dan sarung tangan, terutama saat berinteraksi atau berada di ruangan yang sama dengan penderita lainnya. Penderita juga hendaknya selalu memantau kondisinya sendiri, seperti rutin melakukan pengukuran suhu tubuh, saturasi oksigen, dan melakukan pelaporan berkala serta kontrol ke fasilitas kesehatan berwenang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Tidak hanya penderita, keluarga atau penghuni lain di tempat tinggal penderita juga hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan isolasi mandiri tersebut. Jika ada yang akan ditugaskan untuk merawat penderita, hendaknya pihak keluarga atau penghuni hanya menugaskan satu orang saja untuk meminimalisir potensi penularan yang lebih luas lagi. Orang yang ‘didedikasikan’ tersebut juga hendaknya orang yang berada dalam kondisi sehat, memiliki imunitas yang baik, dan tidak memiliki komorbid tertentu. Selain itu, yang terpenting adalah keluarga atau penghuni lainnya harus tetap memberikan dukungan mental kepada penderita, agar pemulihan penderita dapat terjadi secara total dan cepat.
Yang perlu diingat adalah keluarga atau penghuni lain di tempat isolasi mandiri tersebut pasti menjadi kontak erat dari penderita COVID-19. Oleh karena itu, setelah selesai merawat penderita, mereka harus melakukan karantina mandiri yang dilakukan selama 14 hari, terhitung sejak terakhir kali mereka berkontak dengan penderita. Jika dalam masa karantina tersebut kontak erat merasakan adanya gejala, maka kontak erat tersebut harus langsung melakukan pemeriksaan RT-PCR untuk memastikan kondisinya.
Ujung dari pandemi COVID-19 ini nampaknya masih jauh dari bayangan, oleh karena itu, tetaplah setia untuk melakukan protokol kesehatan agar kita dapat membantu melindungi rekan-rekan tenaga kesehatan kita yang menjadi garda terdepan dari pandemi ini.
***
Author
dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ
Email: laras@indonesiare.co.id
Artikel
- Waspada Antraks Menjelang Idul Adha
02 Jun 2025
308 kali - Strategi Indonesia dalam Menghadapi Era Ageing Population21 Apr 20252159 kali
- Mengenal Photokeratitis: Ketika Matahari Menyebabkan Dampak Negatif Pada Mata12 Mar 20254072 kali
- Memahami Perubahan Aturan BPJS Kesehatan Serta Pengaruhnya Terhadap Industri Perasuransian Nasional28 Feb 20257815 kali
- Waspada Peningkatan Kasus HMPV di China08 Jan 202518104 kali
- Lonjakan Kasus Pertussis di Singapore: Akankan Menjadi Wabah Baru di Indonesia?06 Jan 20257969 kali
- InsurTech: A Growing Synergy Between Insurance, Technology, and Healthcare13 Sep 20248832 kali
- Sepak Terjang Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS)09 Jul 20248750 kali
- Pengaruh Penggunaan Proton Pump Inhibitor terhadap Gangguan Kandung Empedu27 Jun 20249261 kali
- Mengenal ‘Disease X’, The Future Next Pandemic?06 May 20248508 kali
- Vertigo dan Meniere’s Disease02 Apr 20247870 kali
- Potensi dan Langkah Mitigasi Bahaya Rokok Elektrik07 Feb 20247880 kali
- Kebangkitan Infeksi Polio di Indonesia23 Jan 20248104 kali
- Mengenal COVID-19 Varian JN.122 Dec 20238436 kali
- Lonjakan Kasus COVID-19 di Akhir Tahun 202320 Dec 20237875 kali
- Potret Wabah ‘Pneumonia Misterius’ di Indonesia dan Dunia07 Dec 20239813 kali
- Infeksi HPV, Kanker Cervix, dan Metode Pencegahannya04 Dec 20238863 kali
- Perspektif Kepemilikan Asuransi Penyakit Kritis bagi Kelompok Usia Muda21 Nov 20238338 kali
- Kemunculan Kasus Mpox Kedua: Apakah Berpotensi Menjadi Epidemi Baru di Indonesia?30 Oct 20236976 kali
- Underweight dan Bahaya Kesehatan di Baliknya10 Oct 20237949 kali
- Penggunaan Air Purifier: Apakah Merupakan Solusi Efektif untuk Mengatasi Gangguan Pernapasan akibat Kualitas Udara Buruk?03 Oct 20239297 kali
- Fenomena Peningkatan Insidensi HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga12 Jun 202313931 kali
- Marburg Virus Disease24 May 20238961 kali
- Sudden Sensorineural Hearing Loss26 Apr 202313738 kali
- Tuberculosis pada Anak10 Apr 202313110 kali
- Flu Burung Clade 2.3.4.4b28 Mar 202314427 kali
- Penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) dalam Operasional Industri Perasuransian Nasional20 Feb 202320407 kali
- Memahami Fenomena Bonus Demografi dan Pengaruhnya pada Industri Asuransi Jiwa26 Jan 202326490 kali
- Vaksin Inavac12 Jan 202319902 kali
- Stroke Batang Otak06 Jan 202323373 kali
- Ada Apa dengan China?28 Dec 202216278 kali
- Gonorrhea Superbug21 Dec 202214819 kali
- Crimean-Congo Hemorrhagic Fever14 Dec 202210723 kali
- Vaksin IndoVac29 Nov 202210009 kali
- Cedera Sambaran Petir24 Nov 202210600 kali
- Emboli Paru dan Tragedi Perayaan Halloween di Itaewon11 Nov 20229153 kali
- Covid Subvarian XBB dan XBC03 Nov 20227860 kali
- Fenomena Resistensi Antibiotik dan Infeksi Superbug26 Oct 20228659 kali
- Telaah Fenomena Gagal Ginjal Akut pada Anak18 Oct 20228642 kali
- Penggunaan Kendaraan Listrik dari Perspektif Kesehatan dan Lingkungan04 Oct 202215346 kali
- Zero Covid Policy22 Sep 20228870 kali
- Fenomena Antibody Dependent Enhancement (ADE) pada Sistem Imun31 Aug 202211537 kali
- Mengenal Batuk Berdarah22 Aug 202213492 kali
- Mengenal Virus Langya dan Potensi Emerging Disease12 Aug 20226370 kali
- Long Covid dalam Perspektif Asuransi Jiwa dan Kesehatan05 Aug 20226855 kali
- Covid Centaurus26 Jul 20227663 kali
- Menyikapi Penghapusan Ketentuan Waiting Period pada SEOJK PAYDI11 Jul 20228551 kali
- Telaah Ganja Medis sebagai Alternatif Pengobatan07 Jul 20227987 kali
- Ada Apa dengan BA.4 dan BA.5?24 Jun 20226919 kali
- Ramsay-Hunt Syndrome20 Jun 20225507 kali
- Keterkaitan Asma dengan GERD10 Jun 20228116 kali
- Penyakit Virus Hendra03 Jun 20225430 kali
- Mengenal Cacar Monyet26 May 20225574 kali
- Keterkaitan Infeksi Covid dengan Hepatitis Misterius19 May 20226398 kali
- Hepatitis Misterius19 May 20227236 kali
- Serba-Serbi Sakit Pinggang11 May 20228441 kali
- Evidence Based Medicine22 Apr 202222668 kali
- Mewaspadai Potensi Penyakit Ginjal pada Penyintas Covid07 Apr 20226242 kali
- Penyakit Tipes, Penyakit Masyarakat Indonesia31 Mar 20228647 kali
- Menilik Kesiapan Indonesia vs Negara Tetangga Dalam Melangkah Ke Status Endemi29 Mar 20226661 kali
- Riwayat Pandemi Flu Spanyol 191816 Mar 202212190 kali
- Son of Omricon09 Mar 20225845 kali
- Vaksin Zifivax22 Feb 20229434 kali
- Bahaya Strobo Bagi Kesehatan15 Feb 202210803 kali
- Flurona, Infeksi Apakah Itu?02 Feb 20226731 kali
- Pentingnya Warna Urine Sebagai Indikator Kesehatan25 Jan 202239353 kali
- Spinal Cord Injury17 Jan 202217270 kali
- Mengenal Gerd03 Jan 202210360 kali
- Tentang Varian Omicron10 Dec 20216283 kali
- Mengenal Nyeri Dada06 Dec 20219402 kali
- Mengenal Insomnia dan Sleep Deprivation29 Nov 202120540 kali
- Mental Health Awareness Di Lingkungan Kerja23 Nov 202112558 kali
- Dampak Kemunculan Virus Covid Subvarian Delta Plus12 Nov 20216091 kali
- Pemberian Vaksin Pfizer Pada Anak29 Oct 20218230 kali
- Risiko Myokarditis Pada Penerima Vaksin MRNA19 Oct 202111374 kali
- Pengajuan Asuransi Jiwa dan Kesehatan Bagi Penyintas Covid06 Oct 20216423 kali
- Tentang Varian MU28 Sep 20216481 kali
- Tentang Vaksin Sputnik-V15 Sep 20216793 kali
- Badai Sitokin pada Penderita Covid01 Sep 202112550 kali
- Vaksin Moderna Di Indonesia25 Aug 20217892 kali
- Amunisi Pandemi Anak Bangsa09 Aug 20216462 kali
- Pemberian Dosis Booster pada Program Vaksinasi Covid di Indonesia05 Aug 20217508 kali
- Telaah Penggunaan Azithromycin dalam Pengobatan COVID-1928 Jul 202113500 kali
- Peranan Vitamin D dalam Imunitas23 Jul 202111169 kali
- Polemik Ivermectin dalam Pengobatan COVID-1914 Jul 20217232 kali
- Peningkatan Kasus COVID-19 pada Anak di Indonesia28 Jun 20217364 kali
- Peranan Varian Mutasi dalam Lonjakan Kasus COVID-19 di Indonesia18 Jun 20216880 kali
- Wacana Sekolah Tatap Muka di Tengah Pandemi COVID-1914 Jun 202110912 kali
- Infeksi Jamur Hitam pada Penderita COVID-1910 Jun 20217676 kali
- Program Vaksinasi Gotong Royong09 Jun 20215665 kali
- Faedah Pemberian Terapi Plasma Konvalesen bagi Penderita COVID-1904 Jun 20218186 kali
- Fenomena Long Covid pada Penyintas18 May 20218995 kali
- Mengenal Varian P1 dari SARS-CoV-230 Apr 20216149 kali
- Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil19 Apr 20216502 kali
- Mengenal Varian Trégor16 Apr 20216053 kali
- Multisystem Inflammatory Syndrome In Children (Mis-C)24 Mar 202115903 kali
- Polemik Vaksin Astrazeneca19 Mar 20218832 kali
- Tentang Varian Mutasi B 117 Yang hadir di Indonesia15 Mar 20214836 kali
- Pengembangan Vaksin Covid-19 Di Indonesia26 Feb 20218400 kali
- Rekomendasi Terbaru Kemenkes Untuk Vaksinasi Covid-1918 Feb 20218136 kali
- Proses Pengelolaan Masker Medis Bekas Pakai15 Feb 20216308 kali
- Pandemic Fatigue11 Feb 20216790 kali
- TELAAH IMUNITAS DALAM DISIPLIN ILMU PSIKONEUROIMUNOLOGI01 Feb 202110506 kali
- Fakta-Fakta Terkait Kejadian Kematian Penerima Vaksin Pfizer22 Jan 20217438 kali
- Kesiapan Edar Vaksin Sinovac di Indonesia15 Jan 20217509 kali
- Mengenal Mutasi VUI-202012/0104 Jan 20216255 kali
- Delirium pada Penderita COVID-1923 Dec 20208449 kali
- Wacana Dimulainya Penyelenggaraan Sekolah Tatap Muka Kembali23 Dec 20205756 kali
- Gangguan Pencernaan Pada Kasus Covid-1922 Dec 20209678 kali
- Potensi Terjadinya Cross-Reactive-Immunity Terhadap Individu Yang Belum Terekspos Sars-Cov-221 Dec 20207003 kali
- Get to Know The Pfizer Vaccine27 Nov 202011430 kali
- Chloroquine in Covid-19 Treatment20 Nov 20206807 kali
- Domination of Office Clusters on The COVID-19 Pandemic20 Nov 20206676 kali
- In-Flight Risks of Covid-19 Transmission17 Nov 20207274 kali
- ANTIBODY DEPENDENT ENHANCEMENT02 Nov 202014332 kali
- About The Herd Immunity24 Jul 20207441 kali
- Could COVID-19 occur in animals?20 Jul 20206896 kali
- Virus Flu Babi G4 EA H1N1, Akankan Menjadi Pandemi Baru Di Tahun Ini ?03 Jul 20207171 kali
- Penggunaan Masker Dalam Kehidupan ‘Normal Baru’26 Jun 20207575 kali
- A Flashback of Handling COVID-19 in Indonesia28 May 20207270 kali
- COVID-19 dan Penyakit Kardiovaskular11 May 20206734 kali
- Proses Pembuatan Vaksin05 May 202089362 kali
- COVID-19 dan Demam Dengue28 Apr 20207113 kali
- Mitos dan Fakta tentang COVID-1923 Mar 20207026 kali
- Menangani Gigitan Ular02 Mar 202010403 kali
- Mengenal GERD24 Feb 202010107 kali
- Serba-Serbi Jamu17 Feb 20207322 kali
- Mengoptimalkan Kekebalan Tubuh10 Feb 20206380 kali
- 2019 - Novel Coronavirus28 Jan 20207067 kali
- Vegan vs Vegetarian20 Jan 20207441 kali
- Banjir, Penyakit Pes, dan Leptospirosis13 Jan 202014003 kali
- Serba-Serbi Vitamin D06 Jan 20205943 kali
- Hyperventilation Syndrome30 Dec 201928025 kali
- Pentingnya Kalsium untuk Tubuh26 Dec 201912075 kali
- Serba-Serbi Keluarga Berencana17 Dec 20199180 kali
- Chronic Fatigue Syndrome09 Dec 201910994 kali
- Hipnosis dan Diet Hipnoterapi03 Dec 201910560 kali
- Manfaat Ikan Salmon25 Nov 201910565 kali
- Ulkus Lambung18 Nov 201919674 kali
- Sifilis12 Nov 201925444 kali
- Mengkonsumsi Vitamin C05 Nov 201910023 kali
- Skizofrenia28 Oct 201910585 kali
- Overdosis Kafein21 Oct 20196763 kali
- Bahaya Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Panas16 Oct 201919344 kali
- Peran Kolesterol bagi Kesehatan Tubuh27 Aug 201911553 kali
- Penyebab Bau Badan14 Aug 20197684 kali
- Social Drinker05 Aug 201921455 kali
- Mengenal Kandung Empedu30 Jul 201965182 kali
- Nutrisi untuk Rambut15 Jul 20195255 kali
- Mengenal Rambut08 Jul 201952534 kali
- Apakah Menguap Itu Selalu Pertanda Mengantuk01 Jul 201911607 kali
- Serba Serbi Warna Ingus28 Jun 201927183 kali
- Mengenal Cacar Monyet21 May 20197656 kali
- Manfaat Berpuasa bagi Kesehatan06 May 20196810 kali
- Mengapa Garam Dapat Menyebabkan Tekanan Darah Meningkat?29 Apr 201933793 kali
- Mengapa Kita Mengalami Cegukan?22 Apr 201915886 kali
- Manfaat Bawang Putih15 Apr 201912329 kali
- Mau tidur siang? Ternyata ada aturannya, lho!26 Mar 201912266 kali
- Extrapulmonary Tuberculosis18 Mar 201915160 kali
- Manfaat Zat Besi untuk Tubuh14 Mar 201911368 kali
- Hipertensi pada Anak06 Mar 201932481 kali
- Gangguan Psikosomatis04 Mar 201914360 kali
- Pentingnya Tidur Untuk Kesehatan18 Feb 201911082 kali
- Waspada Demam Berdarah Dengue (DBD)!12 Feb 201912663 kali
- Fungsi Usus Buntu04 Feb 201922221 kali
- Serba-serbi Tonsil28 Jan 201937636 kali
- Protein dan Asam Amino21 Jan 201991843 kali
- Mengenal IQOS14 Jan 201943686 kali
- Mengenal Diet Keto07 Jan 201912938 kali
- Serba-Serbi Kurang Tidur31 Dec 20187046 kali
- Kolesterol yang Terlalu Rendah26 Dec 20186804 kali
- Ada Apa dengan Nasi?26 Dec 20188309 kali
- Benarkah Vape Tidak Berbahaya?11 Dec 201810499 kali
- Efusi Pleura12 Nov 201826165 kali
- Pneumonia06 Nov 201812464 kali
- Encephalitis29 Oct 201810479 kali
- Meningitis22 Oct 201813922 kali
- Imunisasi Rotavirus15 Oct 201819041 kali
- Prostatitis11 Jul 201810452 kali
- Cystitis02 Jul 201819275 kali
- Tahan Banting Selama Puasa04 Jun 20185977 kali
- Vaksin untuk anak : Iya atau Tidak?21 May 20185887 kali
- Vaksin Cacar Air, Penting atau Tidak ?30 Apr 201818867 kali
- Eclampsia23 Apr 20187989 kali
- Chikungunya12 Mar 201817009 kali
- Rubeola05 Mar 201815108 kali
- Benign Prostatic Hyperplasia05 Feb 201812676 kali
- Transplantasi Liver06 Mar 201710633 kali
- Diet sehat itu seperti apa?06 Mar 20178473 kali
- Sirosis Hati06 Mar 201722138 kali
- Pre-Diabetes, akankah menjadi Diabetes?06 Mar 201713969 kali
- Pancreatic Cancer03 Mar 201711519 kali
- Kanker Lambung03 Mar 201715195 kali
- HFMD02 Mar 201713540 kali
- Cholelithiasis02 Mar 201768900 kali
- Alcohol-Related Liver Disease02 Mar 20179993 kali
- Rokok Elektronik: Penolong dari Ketergantungan atau Alternatif Baru Merokok?10 Dec 20169768 kali
Follow Us
