08 January 2021
8759
8759
Life Reinsurance
Pandemi COVID-19 telah melanda dunia ini selama lebih dari satu tahun, terhitung sejak kemunculan pertamanya di Wuhan pada akhir tahun 2019 lalu. Saat ini, total kasus terkonfirmasi COVID-19 telah mencapai angka 87 juta kasus di seluruh dunia dan 788 ribu kasus di Indonesia. Angka positivity rate di Indonesia pun masih jauh di atas standar yang ditetapkan oleh WHO. Melihat fakta-fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa sepertinya pandemi COVID-19 ini belum akan dapat dikendalikan dalam waktu dekat.
Belum terkendalinya pandemi COVID-19 ini membuat krisis kesehatan semakin jelas di depan mata. Krisis kesehatan ini dapat terlihat dari semakin banyaknya tenaga kesehatan yang berguguran dan semakin menipisnya ketersediaan tempat di rumah sakit bagi penderita COVID-19, baik itu ruang rawat inap biasa maupun ruang perawatan intensif –Intensive Care Unit (ICU).
Menipisnya ketersediaan tempat perawatan tidak hanya terjadi di fasilitas kesehatan, melainkan juga di Wisma Atlet yang didapuk menjadi rumah sakit darurat untuk penanganan COVID-19. Awalnya, Wisma Atlet diperuntukkan bagi semua penderita COVID-19, baik yang bergejala maupun yang tidak bergejala. Namun, melihat bahwa jumlah penderita yang bergejala semakin meningkat, pihak Wisma Atlet pun memutuskan bahwa saat ini kapasitas mereka hanya diperuntukkan bagi penderita yang bergejala saja, sementara bagi penderita yang tidak bergejala akan dipulangkan atau dipindahkan ke fasilitas isolasi lainnya.
Melihat kapasitas Wisma Atlet yang semakin kritis, pemerintah pun kembali memperbolehkan pasien yang tidak bergejala –Orang Tanpa Gejala (OTG- untuk dapat melakukan isolasi mandiri, baik di tempat tinggalnya ataupun di fasilitas isolasi lainnya. Namun, tentunya ada beberapa ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar isolasi mandiri yang dilakukan bisa memenuhi tujuan utamanya, yaitu memutus mata rantai penularan.
Yang pertama harus kita ketahui adalah isolasi dan karantina, walaupun seolah serupa, ternyata memiliki arti yang berbeda. Isolasi sendiri diperuntukkan bagi pasien atau penderita, baik yang telah terkonfirmasi ataupun yang masih suspek, sementara karantina diperuntukkan bagi orang yang berada dalam kondisi sehat. Jadi, apabila orang tersebut ‘hanya’ menjadi kontak erat, yang dilakukan oleh orang tersebut adalah karantina, ya, bukan isolasi.
Pertanyaan yang umum ditanyakan adalah kapankah seorang penderita COVID-19 dapat melakukan isolasi mandiri, karena tentunya, tidak semua penderita COVID-19 dapat melakukan isolasi mandiri. Untuk dapat menentukan hal ini, segera setelah positif terkonfirmasi COVID-19, penderita harus memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan. Dokter pemeriksa umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan rontgen dada kepada penderita. Dari pemeriksaan tersebut, dokter dapat melihat bagaimana kondisi yang sebenarnya dari penderita. Apabila berdasarkan penilaian dokter penderita tidak memiliki gejala, atau hanya memiliki gejala ringan-sedang saja, tidak mengalami gangguan fungsi organ, serta tidak memiliki komorbid, maka dokter akan mengizinkan penderita untuk melakukan isolasi mandiri.
Saat ini, telah banyak tempat yang menawarkan fasilitas isolasi mandiri kepada masyarakat umum, seperti misalnya hotel-hotel yang disulap menjadi tempat untuk isolasi yang disertai dengan fasilitas tambahan seperti observasi dari dokter serta pemberian obat-obatan dan vitamin. Fasilitas isolasi tersebut umumnya bekerja sama dengan rumah sakit, sehingga dapat mendatangkan dokter atau perawat yang dapat membantu memantau kondisi kesehatan penderita dan melakukan pemeriksaan rutin. Walaupun demikian, pada dasarnya penderita tetap dapat melakukan isolasi mandiri di tempat tinggalnya sendiri, selama memenuhi ketentuan berikut:
Saat melakukan isolasi mandiri, penderita juga hendaknya memperhatikan gaya hidup dan aktivitas sehari-harinya, seperti mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, tidur dan beristirahat dengan cukup, serta menghindari stress dan pikiran yang membebani. Selain itu, penderita hendaknya selalu menggunakan masker bedah dan sarung tangan, terutama saat berinteraksi atau berada di ruangan yang sama dengan penderita lainnya. Penderita juga hendaknya selalu memantau kondisinya sendiri, seperti rutin melakukan pengukuran suhu tubuh, saturasi oksigen, dan melakukan pelaporan berkala serta kontrol ke fasilitas kesehatan berwenang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Tidak hanya penderita, keluarga atau penghuni lain di tempat tinggal penderita juga hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan isolasi mandiri tersebut. Jika ada yang akan ditugaskan untuk merawat penderita, hendaknya pihak keluarga atau penghuni hanya menugaskan satu orang saja untuk meminimalisir potensi penularan yang lebih luas lagi. Orang yang ‘didedikasikan’ tersebut juga hendaknya orang yang berada dalam kondisi sehat, memiliki imunitas yang baik, dan tidak memiliki komorbid tertentu. Selain itu, yang terpenting adalah keluarga atau penghuni lainnya harus tetap memberikan dukungan mental kepada penderita, agar pemulihan penderita dapat terjadi secara total dan cepat.
Yang perlu diingat adalah keluarga atau penghuni lain di tempat isolasi mandiri tersebut pasti menjadi kontak erat dari penderita COVID-19. Oleh karena itu, setelah selesai merawat penderita, mereka harus melakukan karantina mandiri yang dilakukan selama 14 hari, terhitung sejak terakhir kali mereka berkontak dengan penderita. Jika dalam masa karantina tersebut kontak erat merasakan adanya gejala, maka kontak erat tersebut harus langsung melakukan pemeriksaan RT-PCR untuk memastikan kondisinya.
Ujung dari pandemi COVID-19 ini nampaknya masih jauh dari bayangan, oleh karena itu, tetaplah setia untuk melakukan protokol kesehatan agar kita dapat membantu melindungi rekan-rekan tenaga kesehatan kita yang menjadi garda terdepan dari pandemi ini.
***
ISOLASI MANDIRI PADA COVID-19
Pandemi COVID-19 telah melanda dunia ini selama lebih dari satu tahun, terhitung sejak kemunculan pertamanya di Wuhan pada akhir tahun 2019 lalu. Saat ini, total kasus terkonfirmasi COVID-19 telah mencapai angka 87 juta kasus di seluruh dunia dan 788 ribu kasus di Indonesia. Angka positivity rate di Indonesia pun masih jauh di atas standar yang ditetapkan oleh WHO. Melihat fakta-fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa sepertinya pandemi COVID-19 ini belum akan dapat dikendalikan dalam waktu dekat.
Belum terkendalinya pandemi COVID-19 ini membuat krisis kesehatan semakin jelas di depan mata. Krisis kesehatan ini dapat terlihat dari semakin banyaknya tenaga kesehatan yang berguguran dan semakin menipisnya ketersediaan tempat di rumah sakit bagi penderita COVID-19, baik itu ruang rawat inap biasa maupun ruang perawatan intensif –Intensive Care Unit (ICU).
Menipisnya ketersediaan tempat perawatan tidak hanya terjadi di fasilitas kesehatan, melainkan juga di Wisma Atlet yang didapuk menjadi rumah sakit darurat untuk penanganan COVID-19. Awalnya, Wisma Atlet diperuntukkan bagi semua penderita COVID-19, baik yang bergejala maupun yang tidak bergejala. Namun, melihat bahwa jumlah penderita yang bergejala semakin meningkat, pihak Wisma Atlet pun memutuskan bahwa saat ini kapasitas mereka hanya diperuntukkan bagi penderita yang bergejala saja, sementara bagi penderita yang tidak bergejala akan dipulangkan atau dipindahkan ke fasilitas isolasi lainnya.
Melihat kapasitas Wisma Atlet yang semakin kritis, pemerintah pun kembali memperbolehkan pasien yang tidak bergejala –Orang Tanpa Gejala (OTG- untuk dapat melakukan isolasi mandiri, baik di tempat tinggalnya ataupun di fasilitas isolasi lainnya. Namun, tentunya ada beberapa ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar isolasi mandiri yang dilakukan bisa memenuhi tujuan utamanya, yaitu memutus mata rantai penularan.
Yang pertama harus kita ketahui adalah isolasi dan karantina, walaupun seolah serupa, ternyata memiliki arti yang berbeda. Isolasi sendiri diperuntukkan bagi pasien atau penderita, baik yang telah terkonfirmasi ataupun yang masih suspek, sementara karantina diperuntukkan bagi orang yang berada dalam kondisi sehat. Jadi, apabila orang tersebut ‘hanya’ menjadi kontak erat, yang dilakukan oleh orang tersebut adalah karantina, ya, bukan isolasi.
Pertanyaan yang umum ditanyakan adalah kapankah seorang penderita COVID-19 dapat melakukan isolasi mandiri, karena tentunya, tidak semua penderita COVID-19 dapat melakukan isolasi mandiri. Untuk dapat menentukan hal ini, segera setelah positif terkonfirmasi COVID-19, penderita harus memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan. Dokter pemeriksa umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan rontgen dada kepada penderita. Dari pemeriksaan tersebut, dokter dapat melihat bagaimana kondisi yang sebenarnya dari penderita. Apabila berdasarkan penilaian dokter penderita tidak memiliki gejala, atau hanya memiliki gejala ringan-sedang saja, tidak mengalami gangguan fungsi organ, serta tidak memiliki komorbid, maka dokter akan mengizinkan penderita untuk melakukan isolasi mandiri.
Saat ini, telah banyak tempat yang menawarkan fasilitas isolasi mandiri kepada masyarakat umum, seperti misalnya hotel-hotel yang disulap menjadi tempat untuk isolasi yang disertai dengan fasilitas tambahan seperti observasi dari dokter serta pemberian obat-obatan dan vitamin. Fasilitas isolasi tersebut umumnya bekerja sama dengan rumah sakit, sehingga dapat mendatangkan dokter atau perawat yang dapat membantu memantau kondisi kesehatan penderita dan melakukan pemeriksaan rutin. Walaupun demikian, pada dasarnya penderita tetap dapat melakukan isolasi mandiri di tempat tinggalnya sendiri, selama memenuhi ketentuan berikut:
- Tempat tinggal penderita memiliki ruangan khusus yang dapat digunakan oleh penderita untuk melakukan isolasi, di mana, penderita tidak harus berbagi ruangan tersebut dengan penghuni lainnya.
- Tempat tinggal penderita memiliki kamar mandi yang dapat digunakan hanya oleh penderita, dan tidak digunakan oleh penghuni lainnya.
- Tempat tinggal tersebut memiliki ventilasi udara serta pencahayaan yang baik.
- Terdapat fasilitas kesehatan yang masih terjangkau jaraknya dari tempat tinggal penderita.
- Terdapat orang yang dapat membantu penderita untuk merawat dan memantau dirinya, dan dapat dimintai bantuan sewaktu-waktu terutama saat kondisi penderita memburuk.
Saat melakukan isolasi mandiri, penderita juga hendaknya memperhatikan gaya hidup dan aktivitas sehari-harinya, seperti mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, tidur dan beristirahat dengan cukup, serta menghindari stress dan pikiran yang membebani. Selain itu, penderita hendaknya selalu menggunakan masker bedah dan sarung tangan, terutama saat berinteraksi atau berada di ruangan yang sama dengan penderita lainnya. Penderita juga hendaknya selalu memantau kondisinya sendiri, seperti rutin melakukan pengukuran suhu tubuh, saturasi oksigen, dan melakukan pelaporan berkala serta kontrol ke fasilitas kesehatan berwenang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Tidak hanya penderita, keluarga atau penghuni lain di tempat tinggal penderita juga hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan isolasi mandiri tersebut. Jika ada yang akan ditugaskan untuk merawat penderita, hendaknya pihak keluarga atau penghuni hanya menugaskan satu orang saja untuk meminimalisir potensi penularan yang lebih luas lagi. Orang yang ‘didedikasikan’ tersebut juga hendaknya orang yang berada dalam kondisi sehat, memiliki imunitas yang baik, dan tidak memiliki komorbid tertentu. Selain itu, yang terpenting adalah keluarga atau penghuni lainnya harus tetap memberikan dukungan mental kepada penderita, agar pemulihan penderita dapat terjadi secara total dan cepat.
Yang perlu diingat adalah keluarga atau penghuni lain di tempat isolasi mandiri tersebut pasti menjadi kontak erat dari penderita COVID-19. Oleh karena itu, setelah selesai merawat penderita, mereka harus melakukan karantina mandiri yang dilakukan selama 14 hari, terhitung sejak terakhir kali mereka berkontak dengan penderita. Jika dalam masa karantina tersebut kontak erat merasakan adanya gejala, maka kontak erat tersebut harus langsung melakukan pemeriksaan RT-PCR untuk memastikan kondisinya.
Ujung dari pandemi COVID-19 ini nampaknya masih jauh dari bayangan, oleh karena itu, tetaplah setia untuk melakukan protokol kesehatan agar kita dapat membantu melindungi rekan-rekan tenaga kesehatan kita yang menjadi garda terdepan dari pandemi ini.
***
Author
dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ
Email: laras@indonesiare.co.id
Artikel
- Urgensi dan Implementasi Pelindungan Data Pribadi (PDP) di Industri Asuransi Jiwa dan Kesehatan
11 Dec 2025
175 kali - Mengenal Hantavirus29 Oct 2025993 kali
- Mengenal Diabetes Mellitus Type 504 Sep 20251721 kali
- Waspada Antraks Menjelang Idul Adha02 Jun 20253047 kali
- Strategi Indonesia dalam Menghadapi Era Ageing Population21 Apr 202512800 kali
- Mengenal Photokeratitis: Ketika Matahari Menyebabkan Dampak Negatif Pada Mata12 Mar 20256759 kali
- Memahami Perubahan Aturan BPJS Kesehatan Serta Pengaruhnya Terhadap Industri Perasuransian Nasional28 Feb 202530481 kali
- Waspada Peningkatan Kasus HMPV di China08 Jan 202520203 kali
- Lonjakan Kasus Pertussis di Singapore: Akankan Menjadi Wabah Baru di Indonesia?06 Jan 202510268 kali
- InsurTech: A Growing Synergy Between Insurance, Technology, and Healthcare13 Sep 202411292 kali
- Sepak Terjang Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS)09 Jul 202410896 kali
- Pengaruh Penggunaan Proton Pump Inhibitor terhadap Gangguan Kandung Empedu27 Jun 202412080 kali
- Mengenal ‘Disease X’, The Future Next Pandemic?06 May 202410876 kali
- Vertigo dan Meniere’s Disease02 Apr 20249673 kali
- Potensi dan Langkah Mitigasi Bahaya Rokok Elektrik07 Feb 202410098 kali
- Kebangkitan Infeksi Polio di Indonesia23 Jan 202410849 kali
- Mengenal COVID-19 Varian JN.122 Dec 20239656 kali
- Lonjakan Kasus COVID-19 di Akhir Tahun 202320 Dec 20239100 kali
- Potret Wabah ‘Pneumonia Misterius’ di Indonesia dan Dunia07 Dec 202311209 kali
- Infeksi HPV, Kanker Cervix, dan Metode Pencegahannya04 Dec 202310729 kali
- Perspektif Kepemilikan Asuransi Penyakit Kritis bagi Kelompok Usia Muda21 Nov 20239823 kali
- Kemunculan Kasus Mpox Kedua: Apakah Berpotensi Menjadi Epidemi Baru di Indonesia?30 Oct 20238376 kali
- Underweight dan Bahaya Kesehatan di Baliknya10 Oct 202311524 kali
- Penggunaan Air Purifier: Apakah Merupakan Solusi Efektif untuk Mengatasi Gangguan Pernapasan akibat Kualitas Udara Buruk?03 Oct 202312140 kali
- Fenomena Peningkatan Insidensi HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga12 Jun 202315764 kali
- Marburg Virus Disease24 May 202310272 kali
- Sudden Sensorineural Hearing Loss26 Apr 202315394 kali
- Tuberculosis pada Anak10 Apr 202314866 kali
- Flu Burung Clade 2.3.4.4b28 Mar 202316770 kali
- Penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) dalam Operasional Industri Perasuransian Nasional20 Feb 202322594 kali
- Memahami Fenomena Bonus Demografi dan Pengaruhnya pada Industri Asuransi Jiwa26 Jan 202332494 kali
- Vaksin Inavac12 Jan 202321262 kali
- Stroke Batang Otak06 Jan 202325794 kali
- Ada Apa dengan China?28 Dec 202217843 kali
- Gonorrhea Superbug21 Dec 202216576 kali
- Crimean-Congo Hemorrhagic Fever14 Dec 202212544 kali
- Vaksin IndoVac29 Nov 202211384 kali
- Cedera Sambaran Petir24 Nov 202213054 kali
- Emboli Paru dan Tragedi Perayaan Halloween di Itaewon11 Nov 202210805 kali
- Covid Subvarian XBB dan XBC03 Nov 20229365 kali
- Fenomena Resistensi Antibiotik dan Infeksi Superbug26 Oct 202210843 kali
- Telaah Fenomena Gagal Ginjal Akut pada Anak18 Oct 202210197 kali
- Penggunaan Kendaraan Listrik dari Perspektif Kesehatan dan Lingkungan04 Oct 202222490 kali
- Zero Covid Policy22 Sep 202210033 kali
- Fenomena Antibody Dependent Enhancement (ADE) pada Sistem Imun31 Aug 202215236 kali
- Mengenal Batuk Berdarah22 Aug 202215322 kali
- Mengenal Virus Langya dan Potensi Emerging Disease12 Aug 20227674 kali
- Long Covid dalam Perspektif Asuransi Jiwa dan Kesehatan05 Aug 20227946 kali
- Covid Centaurus26 Jul 20229187 kali
- Menyikapi Penghapusan Ketentuan Waiting Period pada SEOJK PAYDI11 Jul 202210376 kali
- Telaah Ganja Medis sebagai Alternatif Pengobatan07 Jul 20229703 kali
- Ada Apa dengan BA.4 dan BA.5?24 Jun 20228398 kali
- Ramsay-Hunt Syndrome20 Jun 20226581 kali
- Keterkaitan Asma dengan GERD10 Jun 20229638 kali
- Penyakit Virus Hendra03 Jun 20226798 kali
- Mengenal Cacar Monyet26 May 20227130 kali
- Keterkaitan Infeksi Covid dengan Hepatitis Misterius19 May 20227472 kali
- Hepatitis Misterius19 May 20228744 kali
- Serba-Serbi Sakit Pinggang11 May 20229696 kali
- Evidence Based Medicine22 Apr 202225685 kali
- Mewaspadai Potensi Penyakit Ginjal pada Penyintas Covid07 Apr 20227554 kali
- Penyakit Tipes, Penyakit Masyarakat Indonesia31 Mar 202210420 kali
- Menilik Kesiapan Indonesia vs Negara Tetangga Dalam Melangkah Ke Status Endemi29 Mar 20227721 kali
- Riwayat Pandemi Flu Spanyol 191816 Mar 202215156 kali
- Son of Omricon09 Mar 20226779 kali
- Vaksin Zifivax22 Feb 202210367 kali
- Bahaya Strobo Bagi Kesehatan15 Feb 202212747 kali
- Flurona, Infeksi Apakah Itu?02 Feb 20228038 kali
- Pentingnya Warna Urine Sebagai Indikator Kesehatan25 Jan 202241319 kali
- Spinal Cord Injury17 Jan 202218886 kali
- Mengenal Gerd03 Jan 202211866 kali
- Tentang Varian Omicron10 Dec 20217088 kali
- Mengenal Nyeri Dada06 Dec 202110695 kali
- Mengenal Insomnia dan Sleep Deprivation29 Nov 202124399 kali
- Mental Health Awareness Di Lingkungan Kerja23 Nov 202113817 kali
- Dampak Kemunculan Virus Covid Subvarian Delta Plus12 Nov 20217403 kali
- Pemberian Vaksin Pfizer Pada Anak29 Oct 20219133 kali
- Risiko Myokarditis Pada Penerima Vaksin MRNA19 Oct 202112517 kali
- Pengajuan Asuransi Jiwa dan Kesehatan Bagi Penyintas Covid06 Oct 20217257 kali
- Tentang Varian MU28 Sep 20217339 kali
- Tentang Vaksin Sputnik-V15 Sep 20217710 kali
- Badai Sitokin pada Penderita Covid01 Sep 202114228 kali
- Vaksin Moderna Di Indonesia25 Aug 20218916 kali
- Amunisi Pandemi Anak Bangsa09 Aug 20217668 kali
- Pemberian Dosis Booster pada Program Vaksinasi Covid di Indonesia05 Aug 20218345 kali
- Telaah Penggunaan Azithromycin dalam Pengobatan COVID-1928 Jul 202114430 kali
- Peranan Vitamin D dalam Imunitas23 Jul 202112200 kali
- Polemik Ivermectin dalam Pengobatan COVID-1914 Jul 20218216 kali
- Peningkatan Kasus COVID-19 pada Anak di Indonesia28 Jun 20218136 kali
- Peranan Varian Mutasi dalam Lonjakan Kasus COVID-19 di Indonesia18 Jun 20217698 kali
- Wacana Sekolah Tatap Muka di Tengah Pandemi COVID-1914 Jun 202111753 kali
- Infeksi Jamur Hitam pada Penderita COVID-1910 Jun 20219044 kali
- Program Vaksinasi Gotong Royong09 Jun 20216490 kali
- Faedah Pemberian Terapi Plasma Konvalesen bagi Penderita COVID-1904 Jun 20219686 kali
- Fenomena Long Covid pada Penyintas18 May 202110592 kali
- Mengenal Varian P1 dari SARS-CoV-230 Apr 20217060 kali
- Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil19 Apr 20217472 kali
- Mengenal Varian Trégor16 Apr 20216952 kali
- Multisystem Inflammatory Syndrome In Children (Mis-C)24 Mar 202117036 kali
- Polemik Vaksin Astrazeneca19 Mar 202110202 kali
- Tentang Varian Mutasi B 117 Yang hadir di Indonesia15 Mar 20215822 kali
- Pengembangan Vaksin Covid-19 Di Indonesia26 Feb 20219616 kali
- Rekomendasi Terbaru Kemenkes Untuk Vaksinasi Covid-1918 Feb 20219262 kali
- Proses Pengelolaan Masker Medis Bekas Pakai15 Feb 20217365 kali
- Pandemic Fatigue11 Feb 20217568 kali
- TELAAH IMUNITAS DALAM DISIPLIN ILMU PSIKONEUROIMUNOLOGI01 Feb 202111691 kali
- Fakta-Fakta Terkait Kejadian Kematian Penerima Vaksin Pfizer22 Jan 20218775 kali
- Kesiapan Edar Vaksin Sinovac di Indonesia15 Jan 20218740 kali
- Mengenal Mutasi VUI-202012/0104 Jan 20217174 kali
- Delirium pada Penderita COVID-1923 Dec 20209846 kali
- Wacana Dimulainya Penyelenggaraan Sekolah Tatap Muka Kembali23 Dec 20206544 kali
- Gangguan Pencernaan Pada Kasus Covid-1922 Dec 202011359 kali
- Potensi Terjadinya Cross-Reactive-Immunity Terhadap Individu Yang Belum Terekspos Sars-Cov-221 Dec 20207888 kali
- Get to Know The Pfizer Vaccine27 Nov 202012655 kali
- Chloroquine in Covid-19 Treatment20 Nov 20208280 kali
- Domination of Office Clusters on The COVID-19 Pandemic20 Nov 20208030 kali
- In-Flight Risks of Covid-19 Transmission17 Nov 20208502 kali
- ANTIBODY DEPENDENT ENHANCEMENT02 Nov 202015706 kali
- About The Herd Immunity24 Jul 20208984 kali
- Could COVID-19 occur in animals?20 Jul 20208284 kali
- Virus Flu Babi G4 EA H1N1, Akankan Menjadi Pandemi Baru Di Tahun Ini ?03 Jul 20208319 kali
- Penggunaan Masker Dalam Kehidupan ‘Normal Baru’26 Jun 20208527 kali
- A Flashback of Handling COVID-19 in Indonesia28 May 20208259 kali
- COVID-19 dan Penyakit Kardiovaskular11 May 20208039 kali
- Proses Pembuatan Vaksin05 May 202096405 kali
- COVID-19 dan Demam Dengue28 Apr 20208584 kali
- Mitos dan Fakta tentang COVID-1923 Mar 20207892 kali
- Menangani Gigitan Ular02 Mar 202011941 kali
- Mengenal GERD24 Feb 202011219 kali
- Serba-Serbi Jamu17 Feb 20208387 kali
- Mengoptimalkan Kekebalan Tubuh10 Feb 20207315 kali
- 2019 - Novel Coronavirus28 Jan 20208373 kali
- Vegan vs Vegetarian20 Jan 20208549 kali
- Banjir, Penyakit Pes, dan Leptospirosis13 Jan 202015806 kali
- Serba-Serbi Vitamin D06 Jan 20206850 kali
- Hyperventilation Syndrome30 Dec 201930210 kali
- Pentingnya Kalsium untuk Tubuh26 Dec 201913233 kali
- Serba-Serbi Keluarga Berencana17 Dec 201910356 kali
- Chronic Fatigue Syndrome09 Dec 201912868 kali
- Hipnosis dan Diet Hipnoterapi03 Dec 201912512 kali
- Manfaat Ikan Salmon25 Nov 201911738 kali
- Ulkus Lambung18 Nov 201921209 kali
- Sifilis12 Nov 201927934 kali
- Mengkonsumsi Vitamin C05 Nov 201911157 kali
- Skizofrenia28 Oct 201911992 kali
- Overdosis Kafein21 Oct 20197898 kali
- Bahaya Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Panas16 Oct 201922103 kali
- Peran Kolesterol bagi Kesehatan Tubuh27 Aug 201912576 kali
- Penyebab Bau Badan14 Aug 20198654 kali
- Social Drinker05 Aug 201923284 kali
- Mengenal Kandung Empedu30 Jul 201968731 kali
- Nutrisi untuk Rambut15 Jul 20196083 kali
- Mengenal Rambut08 Jul 201954828 kali
- Apakah Menguap Itu Selalu Pertanda Mengantuk01 Jul 201913758 kali
- Serba Serbi Warna Ingus28 Jun 201930238 kali
- Mengenal Cacar Monyet21 May 20198558 kali
- Manfaat Berpuasa bagi Kesehatan06 May 20197764 kali
- Mengapa Garam Dapat Menyebabkan Tekanan Darah Meningkat?29 Apr 201938684 kali
- Mengapa Kita Mengalami Cegukan?22 Apr 201917765 kali
- Manfaat Bawang Putih15 Apr 201913518 kali
- Mau tidur siang? Ternyata ada aturannya, lho!26 Mar 201913635 kali
- Extrapulmonary Tuberculosis18 Mar 201916836 kali
- Manfaat Zat Besi untuk Tubuh14 Mar 201912680 kali
- Hipertensi pada Anak06 Mar 201936031 kali
- Gangguan Psikosomatis04 Mar 201915997 kali
- Pentingnya Tidur Untuk Kesehatan18 Feb 201912260 kali
- Waspada Demam Berdarah Dengue (DBD)!12 Feb 201914041 kali
- Fungsi Usus Buntu04 Feb 201925862 kali
- Serba-serbi Tonsil28 Jan 201939833 kali
- Protein dan Asam Amino21 Jan 201998722 kali
- Mengenal IQOS14 Jan 201947905 kali
- Mengenal Diet Keto07 Jan 201914396 kali
- Serba-Serbi Kurang Tidur31 Dec 20187968 kali
- Kolesterol yang Terlalu Rendah26 Dec 20187596 kali
- Ada Apa dengan Nasi?26 Dec 20189746 kali
- Benarkah Vape Tidak Berbahaya?11 Dec 201812590 kali
- Efusi Pleura12 Nov 201829706 kali
- Pneumonia06 Nov 201814198 kali
- Encephalitis29 Oct 201812039 kali
- Meningitis22 Oct 201815259 kali
- Imunisasi Rotavirus15 Oct 201821222 kali
- Prostatitis11 Jul 201811717 kali
- Cystitis02 Jul 201821450 kali
- Tahan Banting Selama Puasa04 Jun 20186816 kali
- Vaksin untuk anak : Iya atau Tidak?21 May 20186813 kali
- Vaksin Cacar Air, Penting atau Tidak ?30 Apr 201819990 kali
- Eclampsia23 Apr 20189395 kali
- Chikungunya12 Mar 201819157 kali
- Rubeola05 Mar 201816393 kali
- Benign Prostatic Hyperplasia05 Feb 201814470 kali
- Transplantasi Liver06 Mar 201711725 kali
- Diet sehat itu seperti apa?06 Mar 201710038 kali
- Sirosis Hati06 Mar 201724101 kali
- Pre-Diabetes, akankah menjadi Diabetes?06 Mar 201715418 kali
- Pancreatic Cancer03 Mar 201713406 kali
- Kanker Lambung03 Mar 201716957 kali
- HFMD02 Mar 201715293 kali
- Cholelithiasis02 Mar 201772605 kali
- Alcohol-Related Liver Disease02 Mar 201711593 kali
- Rokok Elektronik: Penolong dari Ketergantungan atau Alternatif Baru Merokok?10 Dec 201611145 kali
Follow Us
