24 November 2025 71
Pengetahuan Umum

Berpikir Warna–Warni: Metode Kreatif Problem Solving Dengan Teori Enam Topi Berpikir

Di dalam memecahkan masalah, setiap orang memliki cara yang berbeda dengan pendekatan yang berbeda. Terdapat banyak pilihan pendekatan yang dapat dilakukan, baik pendekatan yang bersifat positif ataupun negatif. Ada satu metode yang menggabungkan beberapa metode pendekatan tersebut, yaitu dengan menggunakan teori Six Thingking Hat dimana pemecahan permasalahan dilakukan dengan cara berfikir inovatif, kritis dan kreatif.

Thingking Hat? Topi Berpikir? Maksudnya apa? Kok bisa? Penasaran bagaimana pemecahan solusi terbaik dengan menggunakan “topi-topi” tersebut? berikut penjelasannya:

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, enam topi merepresentasikan enam pendekatan berbeda yang dapat digunakan dalam melakukan pemecahan masalah dengan hasil yang diharapkan adalah dapat membawa kemajuan baik individu maupun kelompok. enam topi berfikir ini mengajak kita untuk mulai meninggalkan kebiasan berfikir yang lama dan mengajak kita untuk berfikir secara konstruktif.

Metode ini ditemukan oleh Edward de Bono seorang psikolog, dokter dan filsuf dari Malta, disebutkan dalam buku karangannya pada tahun 1985 dengan judul Six Thingking Hat.
 

Screenshot-2025-11-24-102046

 
Berikut kegunaan dari enam topi berpikir di atas :
 
  1. Green Hat – Mendorong kreativitas, ide baru, dan solusi alternatif. Hijau melambangkan keunikan, dimana pemakai topi ini harus berperan sebagai orang yang berpikir secara kreatif dan dibebaskan dalam mengeluarkan ide-ide inovatif dalam menawarkan solusi atas pemecahan masalah. Pemakai topi ini harus diberi kebebasan dalam berpikir dan melakukan eksplorasi tanpa menerima banyak kritik.
  2. Red Hat – Mengungkapkan perasaan, intuisi, dan emosi. Warna merah melambangkan kemarahan atau emosi. Dalam hal ini, pengguna topi merah harus mengandalkan intuisinya dalam berpikir. Pemakai topi ini harus berpikir secara emosional.
  3. Yellow Hat – Melihat sisi positif, manfaat, dan peluang. Warna kuning mempresentasikan optimisme serta kepercayaan diri dari pemakainya, sehingga yang digunakan adalah pendekatan secara positif dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Sesuai dengan prinsip optimisme, maka pengguna topi ini harus memiliki pemikiran untuk tetap maju walaupun keadaan sulit.
  4. Black Hat – Menilai risiko, kelemahan, dan potensi masalah. Dikarenakan warna hitam melambangkan sesuatu yang suram dan pesimis, maka topi ini merupakan kebalikan dari konsep pemakai topi kuning. Pemakai topi hitam harus berpikir secara negatif dan selalu melihat dari sisi buruk. Berpikir negatif tentunya bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal negatif yang ada di sekitar.
  5. Blue Hat – Mengatur proses berpikir, fokus pada pengendalian dan arahan. Warna biru melambangkan warna langit, yaitu berada di posisi yang paling tinggi di antara yang lain. Pemakai topi biru diharapkan menjadi pengatur jalannya diskusi untuk menunjuk pemakai topi yang lain dalam berdiskusi.
  6. White Hat – Fokus pada fakta, data, dan informasi objektif. Warna putih melambangkan kesucian dan kemurnian. Pengguna topi putih harus berpikir sebagai analis yang diharapkan dapat memberikan hasil analisis dari atas dan hasil observasi lingkungan sekitar. Pemakai topi putih disuguhkan dengan data dan informasi yang perlu diteliti secara detail.
 
Manfaat Six Thinking Hat Theory
Berikut beberapa manfaat dengan menggunakan teori Six Thinking Hat:
  1. Memaksimalkan kolaborasi produktif dan meminimalkan interaksi/perilaku kontraproduktif.
  2. Mempertimbangkan isu, masalah, keputusan, dan peluang secara sistematis.
  3. Menggunakan pemikiran paralel sebagai kelompok atau tim untuk menghasilkan lebih banyak ide dan solusi yang lebih baik.
  4. Membuat rapat jauh lebih singkat dan lebih produktif.
  5. Mengurangi konflik antar anggota tim atau peserta rapat.
  6. Merangsang inovasi dengan menghasilkan lebih banyak ide yang lebih baik dengan cepat.
  7. Menciptakan rapat yang dinamis dan berorientasi pada hasil yang membuat orang ingin berpartisipasi.
  8. Melampaui hal yang sudah jelas untuk menemukan solusi alternatif yang efektif.
  9. Menemukan peluang saat orang lain hanya melihat masalah.
  10. Berpikir jernih dan objektif.
  11. Melihat masalah dari sudut pandang yang baru dan tidak biasa.
  12. Melakukan evaluasi menyeluruh.
  13. Melihat semua sisi situasi.
  14. Mengendalikan ego dan "perlindungan wilayah".
  15. Meraih hasil yang signifikan dan bermakna dalam waktu yang lebih singkat.
 
Aplikasi penting untuk proses berpikir paralel dari Enam Topi Berpikir
  1. Pengembangan kepemimpinan.
  2. Produktivitas, keselarasan, dan komunikasi tim.
  3. Pemikiran kreatif dan inovatif.
  4. Kepemimpinan rapat dan pengambilan keputusan.
  5. Peningkatan produk dan proses, serta manajemen proyek.
  6. Pemikiran kritis, analitis, dan pemecahan masalah.
  7. Perubahan/kinerja organisasi.
  8. Pemikiran dan tindakan berkinerja tinggi dibutuhkan.
 
 Cara Menggunakan enam Topi Berpikir
 
Meski jumlahnya enam, tidak berarti harus memiliki tim berjumlah enam orang. Pendekatan enam topi berpikir bisa digunakan dalam skala individu maupun kelompok. Berikut penerapannya dalam kedua skenario tersebut:
 
 
Menggunakan enam topi berpikir secara individu
  1. Persiapkan template enam topi berpikir, pastikan tersedia kolom kosong untuk menuangkan pikiran.
  2. “Pakai” topi satu per satu secara sistematis (dimulai dari biru, putih, hijau, kuning, merah dan hitam). Pemakaian topi tidak harus secara urut atau beraturan, yang paling penting harus tetap fokus memerankan perspektif tertentu sesuai dengan warna topi yang sedang dipakai.
  3. Membuat catatan terhadap hasil eksplorasi masalah berdasarkan karakter atau perspektif topi yang digunakan.
  4. Lakukan konstruksi terhadap berbagai hasil eksplorasi atas topi-topi tersebut yang kemudian disimpulkan untuk menjadi satu solusi akhir terbaik.
 
Menggunakan enam topi berpikir secara kelompok
  1. Menunjuk topi biru sebagai moderator yang akan memimpin jalannya diskusi. Pastikan pemakai topi biru memiliki pemahaman mendalam tentang pendekatan enam topi berpikir ini.
  2. Memberikan kartu ataupun media lain yang berisi informasi mengenai perspektif (warna topi) kepada masing-masing peserta diskusi tentang apa yang perlu mereka perankan agar setiap peserta memahami perspektif apa yang dimintakan kepada mereka, sehingga tidak tumpang tindih dan dapat menimbulkan kebingungan selama diskusi.
  3. Menyiapkan buku, kertas kosong atau sarana lain untuk menuangkan ide-ide selama melakukan diskusi.
  4. Jika peserta diskusi jumlahnya sangat banyak, ada baiknya memecahnya menjadi sub-kelompok yang lebih kecil.
  5. Jalankan diskusi seperti biasa. Topi biru akan meminta setiap topi untuk menyampaikan ide-idenya secara bergantian.
  6. Peran topi berpikir bisa digilir, agar bisa menemukan ide-ide baru dari peserta berbeda. Ini juga mendorong mereka untuk melihat masalah dari sudut pandang lainnya.
  7. Tingkatan kolaborasi dan kerja sama antar tim dengan menunjuk beberapa sub-kelompok untuk memakai satu topi berpikir yang sama. Ini memungkinkan terjadinya pertukaran ide dan bisa berujung solusi yang lebih kreatif.

Metode ini sangat kreatif dan menawarkan pendekatan yang berbeda yang dapat memberikan alternatif apabila terjadi deadlock atau stuck dalam meeting atau pemecahan masalah lainnya. Mungkin bisa dijadikan sebuah cara baru di perusahaan dengan pola role play tanpa harus menghilangkan esensi pemecahan solusi yang produktif.
 

Penulis

Aditya Suryadi, S.E., M.B.A, AAAIK

Email: aditya@indonesiare.co.id