14 December 2016 9228

HEPATITIS C

Antara 130 dan 170 juta jiwa, atau 3% dari populasi dunia, hidup dengan hepatitis C kronis. Sekitar 3–4 juta orang terinfeksi setiap tahunnya, dan lebih dari 350.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berkaitan dengan hepatitis C. Angka tersebut meningkat tinggi pada abad ke-20 akibat kombinasi pengguna narkoba suntik dan pemberian obat suntik atau peralatan medis yang tidak disterilkan. Angka infeksi lebih tinggi di beberapa negara di Afrika dan Asia. Negara dengan angka infeksi yang sangat tinggi meliputi Mesir (22%), Pakistan (4,8%) dan Cina (3,2%).

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV = Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya. Dampak jangka panjang infeksi HCV pada organ hati sangat bervariasi, dari perubahan minimal pada sel hati, fibrosis atau kerusakan sel hati yang sangat luas hingga sirosis (pengerasan hati) dengan atau tanpa adanya kanker hati.

Virus Hepatitis C sangat pandai merubah dirinya dengan cepat. Sekarang ini ada sekurang-kurangnya enam tipe utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe) dan lebih dari 50 subtipenya. Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus dengan efektif dan penelitian belum dapat membuat vaksin melawan virus Hepatitis C. Genotipe tidak menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan penyakit Hepatitis C, akan tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik yang lain dalam pengobatan.

Gejala

Sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Jika gejala-gejala di bawah ini ada yang mungkin samar :

  • Lelah
  • Hilang selera makan
  • Sakit perut
  • Urin menjadi gelap
  • Kulit atau mata menjadi kuning (disebut "jaundice") jarang terjadi

Penularan

Penularan Hepatitis C biasanya melalui kontak langsung dengan darah atau produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Selain itu seseorang berisiko terinfeksi Hepatitis C melalui hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan. Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke bayi yang baru lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu juga penderita HIV positif, resiko menularkan Hepatitis C sangat lebih memungkinkan. Metode utama penularan di negara maju adalah melalui penggunaan narkoba suntik (IDU). Di negara berkembang metode penularan utamanya adalah melalui transfusi darah dan prosedur medis yang tidak aman.

Diagnosis

Pemeriksaan hepatitis C biasanya dimulai dengan pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah ada antibodi terhadap HCV (anti HCV) dengan menggunakan uji imunoasai enzim (enzyme immunoassay). Jika hasil pemeriksaan ini positif, dilakukan pemeriksaan kedua untuk memastikan uji imunoasai dan untuk menentukan beratnya penyakit. hepatitis C virus recombinant immunoblot assay (RIBA) memastikan uji imunoasai tersebut, dan pemeriksaan HCV RNA menentukan beratnya penyakit. Jika HCV RNA negatif namun RIBA positif, orang tersebut pernah mengalami infeksi namun sudah teratasi baik dengan pengobatan maupun secara spontan. Jika RIBA negatif, artinya uji anti HCV salah. Uji imunoasai (anti HCV) baru akan memberikan hasil positif enam hingga delapan minggu setelah infeksi.

Untuk mengidentifikasi dan memonitor kerusakan sel – sel hati maka dapat dilakukan pemeriksaan :

  1. Kadar Albumin dalam darah
  2. Pemeriksaan Fungsi Hati : SGPT, SGOT, Gamma GT, Alkaline Phospatase, Bilirubin total, bilirubin direk dan bilirubin indirek
  3. Prothrombin time (PT)

Selain pemeriksaan – pemeriksaan tersebut diatas, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah biopsy hati dan ultrasonografi hati (USG hati). Hal ini dilakukan untuk mengetahui bentuk hati dan luasnya kerusakan.

 

Perjalanan Penyakit Hepatitis C

Hepatitis C dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu fase akut dan fase kronis Hepatitis C menunjukkan gejala akut hanya pada 15% kasus. Gejalanya seringkali ringan dan tidak kentara, termasuk penurunan nafsu makan, sakit kepala, letih, nyeri otot atau nyeri sendi, dan menurunnya berat badan. Hanya sedikit kasus infeksi akut yang terkait dengan ikterus. Infeksi ini dapat sembuh sendiri tanpa diobati pada 10-50% penderita.

Delapan puluh persen penderita yang terpajan virus hepatitis C akan mengalami infeksi kronis. Sebagian besar pengalaman menunjukkan gejala minimal atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali selama sepuluh tahun pertama infeksi. Hepatitis C menyebabkan sirosis dan kanker hati pada orang yang telah terinfeksi selama bertahun-tahun. Sekitar 10–30% orang yang terinfeksi selama lebih dari 30 tahun akan mengalami sirosis. Orang yang mulai terkena sirosis memiliki risiko dua puluh kali lebih besar terkena kanker hati, sebanyak 1-3% per tahun. Pada pecandu alkohol, risiko ini menjadi 100 kali lebih besar. Hepatitis C merupakan penyebab utama pada 27% kasus sirosis dan 25% kasus kanker hati.

Terapi

Tujuan utama dari terapi adalah menghilangkan virus dalam tubuh. Selain itu terapi juga bertujuan untuk mencegah penularan dan perkembangan penyakit. Standard pengobatan Hepatitis C saat ini adalah Pegylated Interferon alfa dikombinasikan dengan Ribavirin.

Analisa Risiko Calon Tertanggung

Dalam melakukan analisa risiko untuk Calon Tertanggung yang menderita hepatitis C, Underwriter perlu menilai beberapa hal:

  1. Hasil Pemeriksaan Anti HCV, HCV RNA, test fungsi hati, USG abdomen atau Biopsi hati
  2. Kapan terinfeksi
  3. Terapi dan respon terhadap terapi
  4. Ada tidaknya penyakit atau kondisi yang dapat memperberat penyakit seperti kencing manis dan kadar lemak yang tinggi.

 

 

(2012)

********

Penulis

dr. Yudyarini Pramita Handayani, AAAIJ, FLMI, ACII

Email: mita_handayani@indonesiare.co.id