30 September 2022 779
Berita

Wamen BUMN sebut Industri Asuransi Nasional Masih Hadapi 3 Tantangan Ini

Rabu, 28 September 2022 15:02 WIB

sdsa

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo saat memberikan keynote speech dalam seremoni pembukaan Indonesia Re International Conference (IIC) 2022, Rabu (28/9/2022)

Jakarta (ANTARA) - Industri asuransi nasional dinilai masih menghadapi sejumlah tantangan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
 
Hal itu diungkapkan Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo saat memberikan keynote speech dalam seremoni pembukaan Indonesia Re International Conference (IIC) 2022, Rabu (28/9/2022).
 
Kartika menjelaskan bahwa ada tiga tantangan yang bisa diidentifikasi dari kondisi industri asuransi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
 
Tantangan itu, jelasnya, terungkap dari sejumlah asuransi pelat merah dan juga anak usaha dari BUMN yang jumlahnya cukup banyak. Selain itu, Kartika mengatakan pihaknya aktif berkomunikasi dengan regulator terkait kondisi tersebut dan
 
“Kami melihat industri asuransi ini dalam beberapa tahun terakhir menghadapi tantangan. Ini lesson learn untuk tata kelola dan bagaimana mengupayakan industri asuransi menjadi lebih sehat dan lebih besar,” ungkapnya dalam pembukaan IIC 2022.
 
Kartika memerinci bahwa kepastian data menjadi tantangan pertama. Menurutnya, basis data industri menjadi hal penting untuk memberikan dasar dalam menentukan proyeksi klaim asuransi pada masa mendatang.
 
Tantangan kedua adalah ‘pricing’ atau penetapan harga yang kurang tepat dan belakangan ini berdampak pada peningkatan klaim asuransi kredit dan asuransi jiwa kredit (AJK). Kondisi ini, jelas dia, serupa ketika industri asuransi menghadapi tantangan dari penetapan harga premi untuk industri asuransi kendaraan bermotor dengan pemangku kepentingan, khususnya industri multifinance.
 
Belakangan, jelas dia, industri asuransi menghadapi tantangan terkait asuransi kredit dan AJK karena penetapan harga yang keliru. Hal itu akhirnya membebani asuransi dan selanjutnya menekan reasuransi.
 
“Oleh karena itu, sangat penting bahwa kita sebagai industri untuk memahami bagaimana mengatasi itu, regulator juga bisa melakukan cek dan ricek dengan surveilans-nya. Apakah antara pricing dan klaim suatu produk sudah wajar?”
 
Tantangan ketiga adalah kapital. Kartika menjelaskan bahwa sektor asuransi nasional perlu berkaca dari industri perbankan dalam hal pemenuhan modal minimal.
 
“Ini saya rasa juga perlu dilakukan industri asuransi, untuk memastikan bahwa kesehatan industri baik asuransi maupun reasuransi benar-benar mampu memproteksi berbagai risiko masa depan,” ungkapnya.
 
Pengembangan Basis Data oleh BPPDAN
 
Dalam kesempatan yang sama, Benny Waworuntu, Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, mengakui bahwa data memainkan peranan penting untuk pengembangan industri asuransi nasional.
 
Oleh karena itu, Indonesia akan meluncurkan kembali Badan Pengelola Pusat Data Asuransi Nasional (BPPDAN).
 
“Ini yang besok malam kami luncurkan dan kembangkan lagi. Kami sudah punya BPPDAN, tapi selama ini kurang optimal. Oleh karena itu kami mau kembangkan dengan dukungan analytic intelligence.”
 
Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, Delil Khairat, menambahkan bahwa ketiga tantangan industri asuransi tersebut saling berkaitan. Tanpa basis data, jelas dia, industri tidak bisa mengambil keputusan dengan baik.
 
Dengan begitu, penetapan harga tak dapat dilakukan asuransi dan reasuransi secara tepat. Lebih lanjut, hal itu berdampak pada nilai klaim yang jauh lebih besar dari perkiraan awal sehingga perusahaan asuransi dan reasuransi mengalami kerugian dan kapitalnya tergerus.
 
“Jadi itu kaitannya sehingga Pak Kartika menyarankan perbaikan data, perbaikan pricing dan peningkatan kapital,” tegasnya.
 
Delil menjelaskan bahwa revitalisasi BPPDAN menjadi solusi untuk penyediaan basis data untuk industri. Badan yang telah berdiri sejak September 1992 dan memiliki data lengkap mengenai asuransi kebakaran ini nantinya akan melayani industri asuransi nasional.
 
Dengan dukungan solusi analitik Swiss Re, basis data yang telah dihimpun BPPDAN akan bisa diakses oleh seluruh asuransi sebagai laporan analitis yang siap untuk membantu asuransi dalam mengambil keputusan.
 
“Saat ini kami mulai dengan lini bisnis asuransi kebakaran, tapi tentu kami punya visi kalau sudah sukses dengan asuransi kebakaran, bisa juga lakukan untuk bisnis lain,” ungkapnya.


Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2022