02 March 2017 120551

Chronic Kidney Disease

Hai~

Masih dalam edisi perginjalan. Aku datang memenuhi janji untuk menulis tentang abangnya si gagal ginjal akut, yaitu si gagal ginjal kronis. Yukk mariiii…

Apakah itu penyakit ginjal kronis?

Chronic kidney disease (CKD) alias penyakit ginjal kronis, merupakan kondisi di mana terjadi penurunan fungsi ginjal secara signifikan selama beberapa waktu (lebih dari 3 bulan), sehingga CKD juga sering dianggap sebagai gagal ginjal kronis. Ginjal berfungsi sebagai penyaring ‘limbah’ dan kelebihan cairan dari dalam tubuh kita yang nantinya akan diekskresikan sebagai urine. Ketika gangguan ginjal sudah cukup berat, maka ‘limbah’ dan kelebihan cairan akan mengendap pada tubuh dan menyebabkan berbagai penyakit.

Apa saja sih penyebab dari CKD?

CKD dapat disebabkan oleh penyakit yang ada pada ginjal maupun dari organ tubuh lain/luar ginjal. Untuk penyebab yang bersumber dari ginjal dapat berupa penyakit glomerular, polycystic kidney disease, nephrolithiasis (batu ginjal), atau obstruksi ginjal dan saluran kemih. Sementara, untuk penyebab dari luar ginjal dapat berupa diabetic kidney disease dan hypertension nephropathy.

Apa saja tahapan dari CKD?

Berikut adalah tahapan dari CKD menurut guideline:

Tahapan
Definisi
eGFR

Stage 1

Penyakit ginjal dengan eGFR normal atau meningkat

 >90 mL/min/1.73 m2

Stage 2

Penyakit ginjal dengan penurunan ringan eGFR

 60-89 mL/min/1.73 m2

Stage 3a

Penyakit ginjal dengan penurunan ringan-sedang eGFR

 45-59 mL/min/1.73 m2

Stage 3b

Penyakit ginjal dengan penurunan sedang-berat eGFR

 30-44 mL/min/1.73 m2

Stage 4

Penyakit ginjal dengan penurunan berat eGFR

 15-29 mL/min/1.73 m2

Stage 5

Gagal ginjal

 <15 mL/min/1.73 m2

 

Berdasarkan guideline, penyakit ginjal dapat digolongkan sebagai kronis jika penurunan eGFR sudah terjadi selama setidaknya 3 bulan. Apapun penyebabnya, ketika telah terjadi eGFR telah berada pada angka ≥ 60 mL/min/1.73 m2, maka kerusakan yang terjadi pada nephron juga sudah berat dan mencapai tahap. Jika hal tersebut terjadi, maka ginjal akan mengalami sclerosis permanen yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara progresif.

 

Apa saja tanda dan gejala dari CKD?

Pada tahap awal penyakit ginjal (stage 1 dan 2), kemungkinan besar penderita belum merasakan tanda dan gejala apapun sehingga tidak mudah untuk mendeteksi adanya kelainan ginjal secara kasatmata. CKD baru menimbulkan tanda dan gejala jika telah mencapai tahap yang cukup lanjut. Tanda dan gejalanya juga dapat sangat bervariasi karena CKD sendiri dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Namun secara umum, tanda dan gejala dari CKD adalah sebagai berikut:

  • Mual dan muntah
  • Penurunan nafsu makan
  • Badan terasa lemas
  • Gangguan tidur
  • Perubahan jumlah urine
  • Perubahan status mental
  • Gangguan pada otot
  • Pembengkakan pada kaki
  • Gatal yang permanen
  • Nyeri dada (jika ada penimbunan cairan)
  • Sesak napas
  • Peningkatan tekanan darah

 

Bagaimana cara mendiagnosis CKD?

Untuk penderita penyakit ginjal stage 1 dan 2, penurunan eGFR belum pasti menunjukkan adanya kelainan ginjal karena penurunan eGFR memang dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, jika menghadapi kasus dengan penurunan eGFR ringan-sedang, sebelum menegakkan diagnosis kelainan ginjal, pastikan juga terdapat temuan-temuan berikut:

  • Albuminuria
  • Peningkatan ratio albumin/creatinine > 30 mg/g (3 mg/mmol)
  • Adanya sedimen abnormal pada pemeriksaan urine
  • Adanya abnormalitas pada pemeriksaan elektrolit
  • Adanya abnormalitas pada pemeriksaan ginjal (imaging atau biopsy)
  • Adanya riwayat transplantasi ginjal

Untuk dapat menegakkan diagnosis penyakit ginjal, berikut adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan:

  • Pemeriksaan darah, seperti fungsi ginjal yang melihat kadar creatinine dan urea
  • Pemeriksaan urine
  • Pemeriksaan pencitraan/imaging, untuk melihat struktur dan ukuran ginjal, dapat dengan USG, CT-scan (dengan atau tanpa kontras), MRI, dan MRA ginjal
  • Pemeriksaan biopsy untuk mengkonfirmasi temuan dari pemeriksaan sebelumnya

Pemeriksaan yang dilakukan bertujuan untuk memastikan adanya diagnosis penyakit ginjal dan menentukan sudah sampai tahap berapakah penyakit ginjal yang ada. Untuk menentukan tahapannya, kita memerlukan informasi eGFR (estimated GFR). Tentang eGFR sudah pernah dibahas di HML yang lalu yaaa…

Albuminuria juga merupakan temuan yang paling dicari-cari karena menunjukkan kegagalan ginjal untuk menjalankan fungsi filtrasinya. Standard pemeriksaan proteinuria biasanya dilakukan dengan pemeriksaan urine dipstick. Jika hasilnya positif, dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengkonfirmasi proteinuria yang ada, misalnya pemeriksaan total protein, creatinine clearance, ratio total protein/creatinine (P/C), dan pemeriksaan first morning urine specimen. Jika pemeriksaan lanjutan mengkonfirmasi temuan proteinuria, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencari etiologi dari proteinuria ini. Untuk tahap lanjut ini, biasanya dilakukan biopsy ginjal. 

Bagaimana cara mengobati CKD?

CKD itu umumnya irreversible, maksudnya keciiiiil kemungkinan untuk dapat memperbaiki fungsi ginjal. Pengobatan CKD biasanya lebih berfokus pada pengendalian tanda dan gejala, mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi, dan mencegah perburukan yang ada. Jika penyakit ginjal sudah mencapai tahap gagal ginjal, maka dibutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal seperti dialysis atau transplantasi ginjal.

Dialysis –yang familiar dengan sebutan cuci ginjal- merupakan prosedur untuk pembuangan ‘limbah’ dan cairan berlebih dari darah, yang seharusnya menjadi tugasnya ginjal. Sedangkan transplantasi ginjal merupakan prosedur pembedahan untuk meletakkan ginjal dari donor ke tubuh penderita gagal ginjal. Ginjal donor dapat didapatkan dari donor yang masih hidup atau donor dari jenazah yang masih viable. Penerima donor ginjal akan memerlukan obat-obatan seumur hidup yang berfungsi untuk mencegah terjadinya rejection/penolakan tubuh akan organ baru.

Berikut adalah indikasi dari terapi pengganti fungsi ginjal:

  • Penderita CKD (yaiyalah)
  • Acidosis metabolic berat
  • Hyperkalemia
  • Encephalopathy
  • Peripheral neuropathy
  • Malnutrisi

Terapi pengganti fungsi ginjal juga dapat diberikan pada penderita CKD asymptomatic dengan eGFR 5-9 mL/min/1.73 m².

Bagaimana prognosis dari penderita CKD?

Penderita CKD akan memiliki kemungkinan sangat besar untuk menderita gagal ginjal. Prognosisnya sendiri bergantung pada usia, etiologi penyakit ginjal, serta terapi yang diberikan. Mortalitas CKD cukup tinggi terutama pada pasien rawat inap, yaitu sekitar 56%. Penderita yang menjalani dialysis juga memiliki mortalitas yang cukup tinggi, terutama pada 6 bulan pertama dialysis. Secara umum, penderita CKD memiliki 5-years-survival-rate sekitar 35% dan 25% pada penderita CKD dengan diabetes mellitus.

Penderita CKD yang menderita hypoalbuminemia juga memiliki prognosis yang kurang baik. Hal tersebut dikarenakan rendahnya kadar bicarbonate yang merupakan salah satu element kidney protector.

 

 

********

Penulis

Admin