20 December 2023 3806
Reasuransi Jiwa

Lonjakan Kasus COVID-19 di Akhir Tahun 2023

Setelah sempat mereda selama hampir satu tahun lamanya, lonjakan kasus COVID-19 kembali dikabarkan terjadi pada beberapa negara. Pemberitaan terkait lonjakan kasus COVID-19 terutama di Asia Tenggara diawali pada tanggal 2 Desember 2023 lalu, di mana The Ministry of Health (MOH) Singapore menginformasikan lonjakan kasus COVID-19 di Singapore yang mencapai 22.094 kasus dalam kurun waktu satu minggu. Jumlah kasus tersebut dilaporkan meningkat sebanyak dua kali lipat jika dibandingkan pekan sebelumnya (19 – 25 November 2023), di mana pada saat itu kasus COVID-19 di Singapore tercatat sejumlah 10.726 kasus. Meskipun lonjakan kasus COVID-19 tersebut tidak disertai dengan tren peningkatan kasus rawat inap dan rawat ICU, MOH Singapore tetap meminta masyarakat Singapore untuk meningkatkan awareness mereka akan kesehatan, terutama menjelang masa libur Hari Raya Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
 
Apakah peningkatan kasus COVID-19 di Singapore disebabkan oleh kemunculan SARS-CoV-2 alias Virus COVID-19 varian baru, serta apakah lonjakan kasus COVID-19 dapat kembali terjadi di Indonesia?
Dilansir dari The Straits Times, berdasarkan data yang tercatat pada tanggal 27 November 2023 lalu, virus penyebab COVID-19 yang tercatat mendominasi kasus COVID-19 di Singapore adalah SARS-CoV-2 Varian EG.5 dan Sub-lineage HK.3. Virus-virus tersebut tercatat mendominasi hampir sekitar 70% dari kasus COVID-19 yang saat itu terjadi di Singapore. Selain di Singapore, SARS-CoV-2 Varian EG.5 sebenarnya juga merupakan varian yang saat ini tengah mendominasi sekitar 51% dari kasus COVID-19 di seluruh dunia. Varian EG.5 tercatat memiliki dua sub-lineages yang memiliki growth-rate tinggi, yaitu sub-lineage HK.3 dan HV.1. Meskipun demikian, kedua sub-lineages tersebut tercatat belum memberikan dampak mortalitas atau morbiditas yang signifikan, jika dibandingkan dengan varian-varian SARS-CoV-2 lainnya, seperti Varian Alpha dan Varian Delta.
 
Apakah sebenarnya Varian EG.5 itu?
Dilansir dari Yale Medicine, SARS-CoV-2 Varian EG.5 dikenal sebagai Varian Eris (Greek Goddess of Strife and Discord). Varian Eris pada dasarnya merupakan turunan dari Varian Omicron. Original Version dari Varian Omicron sendiri sebelumnya pernah mendominasi kasus COVID-19 di dunia pada akhir 2021 dan awal 2022 lalu. Meskipun demikian, original version dari Varian Omicron tersebut saat ini sudah hampir tidak ditemukan lagi keberadaannya di dunia.
 
Varian EG.5 sebenarnya juga bukan merupakan varian yang baru, lantaran keberadaannya pertama kali telah teridentifikasi pada 17 Februari 2023 lalu. Berdasarkan data yang ada, struktur dari Varian EG.5 pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan Varian Omicron lainnya. Meskipun demikian, Varian EG.5 memiliki satu mutasi baru pada spike protein-nya, yaitu F456L amino acid mutation, yang memungkinkan Varian EG.5 untuk ‘melarikan diri’ dari sistem imun yang didapatkan dari vaksinasi atau riwayat infeksi sebelumnya.
 
Varian EG.5 tercatat sebagai Variant Under Monitoring (VUM) pada 19 Juli 2023 lantaran penyebarannya yang cukup luas dan menyebabkan peningkatan angka kasus COVID-19 di beberapa negara. Pada 9 Agustus 2023, WHO (World Health Organization) mempublikasikan hasil evaluasi mereka atas Varian EG.5, sembari menetapkan Varian EG.5 beserta sub-lineagesnya sebagai Variant of Interest (VOI). Ketetapan itu diberikan menyusul data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang menyebutkan kenaikan tren rawat inap akibat COVID-19 pada awal Agustus 2023 lalu. Meskipun demikian, tanda dan gejala yang diderita oleh penderita COVID-19 Varian EG.5 disebutkan tidak berbeda dari varian sebelumnya.
 
Per-tanggal 20 November 2023, GISAID (global science initiative of Global Influenza Surveillance & Response System) telah menerima 108.911 sequences Varian EG.5 dari sekitar 93 negara. Secara global, GISAID mencatat adanya peningkatan jumlah kasus COVID-19 yang disebabkan oleh Varian EG.5. GISAID juga mencatat peningkatan proporsi Varian EG.5 sebagai varian yang mendominasi kasus COVID-19 secara global, yaitu sekitar 51.6% pada periode 30 Oktober – 5 November 2023.
 
Meskipun mencatatkan peningkatan yang terbilang cukup signifikan, WHO dan Technical Advisory Group on SARS-CoV-2 Evolution (TAG-VE) masih belum menyatakan Varian EG.5 sebagai varian virus yang berisiko dalam perspektif public health. Penderita COVID-19 yang terinfeksi Varian EG.5 masih tidak terbilang menunjukkan gejala atau keparahan yang berat. Infeksi yang disebabkan oleh Varian EG.5 juga tidak meningkatkan potensi penderitanya untuk dirawat inap, baik di bangsal perawatan biasa maupun bangsal perawatan intensif. Meskipun demikian, WHO dan TAG-VE tetap menyampaikan bahwa Varian EG.5 memiliki growth-rate dan immune escape ability yang relatif tinggi, sehingga peningkatan kasus yang saat ini terjadi juga tidak bisa diabaikan begitu saja.
 
Selain peningkatan kasus COVID-19 yang cukup signifikan, MOH Singapore juga menyampaikan bahwa kasus penyakit saluran pernapasan selain COVID-19 saat ini tengah mengalami peningkatan. MOH dan WHO mencatat bahwa kasus influenza dan respiratory syncytial virus (RSV) juga tengah mengalami peningkatan. MOH menyampaikan bahwa peningkatan kasus penyakit saluran pernapasan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah year-end travelling season dan penurunan kekebalan imunitas. Sejauh ini, belum ada bukti adanya keberadaan Varian SARS-CoV-2 baru dengan kemampuan transmisi yang tinggi atau membawa potensi mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Meskipun demikian, MOH Singapore tetap menghimbau agar masyarakat Singapore bisa mendapatkan Vaksinasi COVID-19, terutama bagi populasi lansia dan kelompok high-risk lainnya.
 
Bagaimana update kasus COVID-19 di negara lainnya?
Tidak hanya Singapore, pada 4 Desember 2023 lalu, Malaysia juga melaporkan peningkatan kasus COVID-19, yaitu sekitar 57.3% jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Muhammad Radzi Abu Hassan selaku Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia menyampaikan bahwa kasus mingguan yang terdeteksi telah melampaui 1.000 kasus setiap minggunya sejak satu pekan sebelumnya. Peningkatan kasus diperkirakan terjadi anatra 7.1% hingga 57.3%. Sebagian besar penderita dilaporkan berusia antara 20 – 40 tahun, dan kabar baiknya adalah sekitar 98% dari penderita ‘hanya’ mengalami gejala yang ringan. Meskipun demikian, Malaysia juga mencatat adanya peningkatan angka perawatan pasien COVID-19 yang berkunjung ke fasilitas kesehatan, yaitu sekitar 2.9% per-100.000 penduduk pada Juli 2023 lalu. Angka tersebut tercatat meningkat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu sekitar 2% pada Juni 2023 lalu. Yang berbeda dari Singapore adalah Malaysia mencatat bahwa varian yang mendominasi kasus-kasus COVID-19 tersebut adalah Varian BA.2.86, dan bukan Varian EG.5.
 
Bagaimana dengan update kasus COVID-19 di Indonesia? Apakah lonjakan kasus COVID-19 juga telah atau diperkirakan akan terjadi di Indonesia?
Budi Gunawan Sadikin selaku Menteri Kesehatan Republik Indonesia menyampaikan bahwa kasus COVID-19 di Indonesia memang tercatat telah mengalami peningkatan. Meskipun demikian, Menkes Budi menyampaikan kenaikan tersebut tercatat belum terlalu signifikan seperti di Singapore dan Malaysia. Menkes Budi menyampaikan bahwa kondisi COVID-19 yang masih sangat terkendali di Indonesia disebabkan oleh baiknya cakupan Vaksinasi COVID-19 di Indonesia. Peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia pun disebutkan belum menyebabkan peningkatan angka perawatan di rumah sakit atau fasilitas lainnya.
 
Menyikapi mulai adanya peningkatan kasus COVID-19 kembali, beberapa otoritas kesehatan nasional seperti Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau (Dinkes Kepri) menyampaikan himbauan agar masyarakat yang melakukan perjalanan ke Singapore, Malaysia, atau negara-negara yang tengah mengalami lonjakan kasus COVID-19 lainnya dapat memperketat penerapan protokol kesehatan. Meskipun tidak ada pengawasan khusus, Dinkes Kepri menyampaikan bahwa pihaknya selaku wilayah yang berbatasan dengan Singapore masih menunggu instruksi lebih lanjut dari Kementerian Kesehatan RI. Mereka berharap bahwa periode liburan Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2024 ini tidak akan kembali menimbulkan lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia.
 
Di DKI Jakarta sendiri, dalam sepekan terakhir ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat peningkatan kasus COVID-19 yang mencapai 40% jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Meski 90% dari kasus COVID-19 tersebut dilaporkan ‘hanya’ menimbulkan gejala ringan, Dinkes DKI Jakarta juga mulai menemukan kasus kematian. Selama bulan Desember 2023, tepatnya hingga hari Minggu 10 Desember 2023, Dinkes DKI Jakarta telah melaporkan dua kasus kematian terkait COVID-19 setelah sebelumnya nihil kasus fatal selama dua bulan berturut-turut. Kedua penderita yang meninggal tersebut diinformasikan adalah lansia dengan penyakit komorbid, di mana salah satu di antaranya belum pernah menerima Vaksin COVID-19 sama sekali.
 
Tren peningkatan kembali kasus COVID-19 di Indonesia dan beberapa negara lainnya tidak seharusnya menjadi sebuah momok kekhawatiran, meskipun tetap harus kita waspadai. Kasus-kasus COVID-19 yang saat ini terjadi memang tidak menimbulkan gejala berat atau fatalitas bagi sebagian besar orang, namun pada beberapa kelompok rentan, fatalitas tetap dapat terjadi. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi lebih meningkatnya kasus COVID-19 di penghujung tahun 2023 ini, Menkes Budi menghimbau agar masyarakat yang belum pernah menerima Vaksin COVID-19 atau belum menerima Vaksin Booster COVID-19 dalam kurun waktu enam bulan hingga satu tahun terakhir dapat melakukan vaksinasi. Program Vaksinasi COVID-19 di Indonesia juga disebutkan Menkes Budi masih akan diberikan secara gratis hingga akhir bulan Desember 2023 ini.
 
Stay safe and healthy, semuanya!
 
 
***
 
 
 

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id