29 October 2025 71
Reasuransi Jiwa

Mengenal Hantavirus

Pada akhir Juni 2025, Kabupaten Bandung Barat melaporkan temuan pasien yang teinfeksi Hantavirus atau Virut Hanta. Kasus tersebut sebelumnya telah dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada 20 Mei 2025 berdasarkan laporan dari RSUP Hasan Sadikin, Bandung. Per tanggal 19 Juni 2025, kasus Hantavirus setidaknya telah terjadi pada empat provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara.

Apakah sebenarnya Hantavirus itu, dan mengapa virus tersebut harus kita waspadai? Mari kita bahas bersama!

Sebelum ‘ditemukan’ di Indonesia, Hantavirus sebenarnya sudah pernah menarik perhatian dunia di awal tahun 2025, ketika virus tersebut menyebabkan kematian pada istri aktor Hollywood, Gene Heckman. Investigasi bermula ketika Gene Heckman dan istrinya, Betsy Arakawa, yang merupakan seorang classical pianist ditemukan tewas di kediamannya di Santa Fe, New Mexico, United States pada 26 Februari 2025.

Selain Gene dan Betsy, anjing peliharaan mereka juga ditemukan tewas di kediaman tersebut. Setelah melakukan investigasi, Heather Jarrel, Chief Medical Investigator dari New Mexico Office of the Medical Investigator mengumumkan bahwa penyebab kematian Gene adalah penyakit jantung dan Alzheimer, sementara penyebab kematian Betsy adalah Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS).

Menurut Peneliti Pusat Studi Privat Primata, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (IPB), Joko Pamungkas, hewan liar seperti tikus merupakan inang alami bagi Hantavirus dan virus-virus lainnya. Meskipun hewan inang tersebut tidak menunjukkan gejala, virus yang dibawanya dapat berbahaya jika menginfeksi manusia atau hewan lainnya.

Interaksi yang intens dengan hewan liar seperti berburu dapat meningkatkan risiko manusia dan hewan peliharaan untuk terinfeksi Hantavirus atau penyakit infeksi zoonosis lainnya. Pada kasus Gene Heckman, diperkirakan bahwa keluarga dan anjing peliharaan Gene Heckman berkontak dengan hewan pengerat yang merupakan inang Hantavirus dan kemudian terinfeksi dengan virus tersebut.

Jika melihat dari hewan penyebabnya, tentu akan muncul pertanyaan terkait apa yang membedakan infeksi Hantavirus dengan infeksi Leptospirosis yang memiliki hewan pengerat sebagai inangnya. Perbedaan yang paling mencolok antara kedua infeksi tersebut terletak pada agen penyebab infeksinya, di mana Hantavirus disebabkan oleh virus dan Leptospirosis disebabkan oleh bakteri. Selain itu, pada kasus yang berat, Leptospirosis dapat menyebabkan gangguan fungsi pada ginjal dan liver, sementara Hantavirus dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru dan ginjal.

Dilansir dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), Hantavirus merupakan keluarga virus yang dapat menyebabkan penyakit serius dan kematian. Manusia dapat tertular Hantavirus melalui kontak dengan hewan pengerat seperti tikus, terutama saat terkena urine, kotoran, dan air liur dari hewan tersebut. Selain itu, Hantavirus juga dapat menyebar melalui gigitan atau cakaran hewan pengerat meskipun hal tersebut jarang terjadi.

Hantavirus dapat menyebabkan dua sindrom, yaitu Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) dan Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS).
Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) sendiri merupakan penyakit berat dengan potensi fatalitas tinggi yang menyerang paru-paru. Hantavirus memiliki masa inkubasi sekitar 1 – 8 minggu sebelum akhirnya menimbulkan gejala HPS pada penderitanya.

Pada awalnya, penderita HPS akan mengalami gejala berupa fatigue/kelelahan, demam, nyeri kepala, nyeri perut, mual, muntah, dan nyeri otot terutama pada otot paha, panggung, punggung, dan bahu. Sekitar 4 – 10 hari setelah fase inisial penyakit, HPS mulai menunjukkan gejala tahap akhir yang meliputi batuk, sesak napas, dan nyeri dada. Berdasarkan data yang ada, fatalitas terjadi pada 38% dari penderita HPS yang telah mengalami gejala tahap akhir.

Berbeda dari HPS, Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) merupakan penyakit berat dengan potensi fatalitas yang menyerang ginjal. Hantavirus memiliki masa inkubasi sekitar 1 – 2 minggu sebelum akhirnya menimbulkan gejala HFRS pada penderitanya. Pada awalnya, penderita HFRS akan mengalami gejala berupa nyeri kepala berat, nyeri punggung, nyeri perut, demam, mual, dan penglihatan kabur.

Selanjutnya, penderita HFRS juga dapat mengalami gejala seperti kemerahan pada wajah, peradangan/kemerahan pada mata, hingga gejala sistemik yang meliputi penurunan tekanan darah, penurunan aliran darah (acute shock), perdarahan internal (vascular leakage), dan gagal ginjal akut. Tingkat keparahan kasus bergantung pada virus penyebab infeksi. Hantaan dan Dobrava virus umumnya menyebabkan fatalitas pada 5 – 15% kasus. Sementara Seoul, Saaremaa, dan Puumala virus umumnya hanya menyebabkan fatalitas pada 1% kasus.

Penegakan diagnosis dini pada penderita yang terinfeksi Hantavirus cukup sulit, terutama pada 72 jam pertama. Terlebih lagi, gejala awal penderita infeksi Hantavirus serupa dengan penyakit infeksi virus lainnya, seperti influenza. Oleh karena itu, penggalian riwayat perjalanan dan aktivitas pada penderita sangat penting pada penegakan diagnosis Hantavirus. Sebagai penunjang, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan pendukung seperti tes darah, tes urine, pemindaian rontgen atau CT scan, tes serologi, serta tes polymerase chain reaction (PCR).

Literatur yang ada menyebutkan bahwa tidak ada pengobatan spesifik yang dapat diberikan bagi penderita infeksi Hantavirus. Pengobatan yang dilakukan lebih bersifat supportive, seperti bedrest, mencukupi kebutuhan cairan, dan pengobatan gejala yang ada. Penderita HPS mungkin mengalami gangguan pernapasan, oleh karena itu, penderita HPS dapat membutuhkan breathing support atau bahkan intubasi pada kasus yang lebih berat. Sementara itu, penderita HFRS dapat mengalami gagal ginjal akut yang membutuhkan dialysis (cuci darah) untuk mengeluarkan toxins dari darah serta mengembalikan keseimbangan cairan tubuh.

Untuk saat ini, belum terdapat vaksin yang dapat membantu mencegah infeksi Hantavirus. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mencegah infeksi ini adalah dengan menghindari faktor-faktor yang membuat Anda lebih berisiko terinfeksi hantavirus.

Beberapa upaya yang bisa dilakukan di antaranya adalah membasmi peredaran tikus yang ada di sekitar tempat tinggal, membersihkan tempat tinggal dan area kerja dengan disinfektan secara berkala, termasuk membersihkan tempat yang memungkinkan tikus bersarang, menghindari kontak dengan tikus dan cairan tubuhnya, membiasakan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, serta menjaga kebersihan bahan makanan dan alat pengolah makanan.

Stay safe and healthy, semuanya!

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id